Malaysia Cabut Larangan Ekspor Produk Ayam Hidup Mulai Selasa (10/10), Singapura Lega



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA: Pemerintah Malaysia resmi akan membuka keran ekspor ayam pedaging hidup mulai 11 Oktober 2022.

Kepastian dari pemerintah Malaysia ini diterima oleh Badan Pangan Singapura (SFA) pada Minggu 9 Oktober 2022.

SFA menyatakan Malaysia akan mencabut larangan ekspor sementara ayam pedaging hidup mulai 11 Oktober.


Mengutip pemberitaan channelnewsasia.com SFA mengatakan telah menerima "pemberitahuan resmi" dari Departemen Layanan Hewan Malaysia (Malaysia's Department of Veterinary Services ) tentang pencabutan larangan ekspor ayam hidup tersebut.

Baca Juga: Pertemuan Bilateral Indonesia-Singapura, Mendag Eksplorasi Sektor Ekonomi Hijau

"Kami menyambut baik dimulainya kembali impor ayam broiler hidup, dan sedang mencari klarifikasi tentang detailnya," kata SFA dalam pernyataan resminya.

Pemerintah Malaysia sebelumnya telah melarang ekspor ayam hidup hingga 3,6 juta ayam mulai 1 Juni 2022.

Larangan ekspor ayam tersebut dalam upaya negara itu untuk mengatasi masalah pasokan dalam negeri dan menurunkan harga ayam yang melambung.

Larangan itu diterapkan menyusul keluhan kekurangan pasokan dan terjadinya kenaikan harga daging ayam. Sebab beberapa pedagang menjual unggas mereka di atas harga tertinggi untuk menutupi biaya mereka.

Sebelumnya Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob menjelaskan kebijakan pembatasan ekspor karena pemerintah memprioritaskan pasokan daging ayam untuk rakyatnya sendiri. Selain itu pihak berwenang Malaysia juga akan menyelidiki dugaan kartel harga daging ayam di negara tersebut.

Baca Juga: Prospek Charoen Pokphand (CPIN) Terimpit Biaya Distribusi dan Suplai

Sebagai gambaran, selama ini Malaysia mengekspor daging unggas senilai US$ 18,9 juta pada tahun 2020. Angka ini menjadikan negara ini sebagai pengekspor produk daging ayam terbesar ke-49 di dunia.

Menurut platform data Observatory of Economic Complexity, pangsa pasar ekspor Malaysia utamanya adalah Thailand, Singapura, Jepang, Hong Kong dan Brunei.

Sedangkan Singapura mengimpor sekitar 34% pasokan ayamnya dari Malaysia. Selama ini hampir semua pasokan ayam didatangkan dalam bentuk ayam hidup yang kemudian disembelih dan didinginkan secara lokal di Singapura.

Untuk mengisi kekosongan di tengah larangan ekspor Malaysia sejak Juni 2022 Singapura meningkatkan impor daging ayam dari Thailand dan Indonesia.

Larangan Malaysia mengekspor ayam hidup tersebut dicabut sebagian pada pertengahan Juni 2022. Pencabutan sebagian kebijakan ini hanya untuk importir unggas dari Singapura yang ingin mendatangkan ayam kampung hidup dan ayam hitam.

Lalu, pada bulan Agustus, Menteri Pertanian dan Industri Makanan Malaysia Ronald Kiandee menyampaikan periode gangguan pasokan ayam di dalam negeri direspon dengan kebijakan larangan ekspor, situasi pasokan dalam negeri telah stabil.

Baca Juga: Begini Strategi Widodo Makmur Unggas (WMUU) Genjot Penjualan di Sisa Tahun Ini

Bahkan, dia menambahkan bahwa Malaysia dalam situasi kelebihan pasokan dan sekarang bisa mengekspor ayam ke negara lain.

Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Inflasi Malaysia Annuar Musa menambahkan, beberapa peternakan di Malaysia yang memelihara ayam khusus untuk ekspor dapat melanjutkan ekspor pada Oktober 2022 setelah mendapat persetujuan dari Kementerian Pertanian dan Industri Pangan.

"Hanya peternakan tertentu yang ditunjuk untuk memproduksi ayam yang dapat mulai berkembang biak sekarang untuk tujuan ekspor. Tapi mereka tidak bisa mengurangi output yang ada atau impor yang telah diizinkan," kata Annuar.

Menghadapi gangguan pasokan ayam hidup dari Malaysia, SFA mengatakan akan terus mengakreditasi lebih banyak sumber pasokan ayam dan bekerja sama dengan industri untuk mendiversifikasi.

Baca Juga: Prospek Poultry Masih Menantang, Begini Rekomendasi Saham CPIN dari Analis Ini

Karena Singapura menyadari ke depan akan terus menghadapi gangguan pasokan makanannya dari waktu ke waktu karena faktor eksternal. 

"Kami mendorong pelaku bisnis untuk meninjau Rencana Kesinambungan Bisnis mereka dan melakukan diversifikasi lebih lanjut. Ini membantu industri untuk menyebar dan mengurangi risiko gangguan pasokan," katanya.

Selain itu, SFA menyarankan agar rumah tangga dan individu juga dapat berkontribusi pada ketahanan pangan Singapura dengan cara menjadi lebih fleksibel dengan pilihan makanan dan bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan mereka.

SFA juga menyarankan konsumen dapat beralih ke produk atau sumber alternatif bila diperlukan.

Editor: Syamsul Azhar