KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia semakin menarik menjadi tujuan investasi investor global. Itu tercermin dari volume transaksi merger dan akuisisi yang melonjak tinggi di Negeri Jiran tersebut pada paruh pertama tahun ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, volume transaksi merger dan akuisisi (M&A) di Malaysia tahun lalu mencapai US$ 8,3 miliar atau setara Rp 133,6 triliun. Capaian tersebut meningkat 87% secara tahunan. Lonjakan transaksi merger dan akuisisi di Malaysia kontras dengan kondisi di kawasan Asia-Pasifik secara keseluruhan, di mana di semester I tahun ini masih mengalami penurunan transaksi sebesar 15%.
Transaksi paling besar adalah akuisisi Malaysia Airports Holdings Bhd senilai RM 12 miliar atau setara US$ 2,6 miliar yang dilakukan BlackRock dari Global Infrastruktur Partners (GIP) pada Januari 2024 lalu.
Baca Juga: Malaysia – Singapura Bakal Bangun Zona Khusus, KEK Batam dan Bintan Terancam? Malaysia Airports Holdings merupakan perusahaan bandar udara di Malaysia yang mengurus sebagian besar bandar udara di Malaysia. Perusahaan raksasa teknologi juga sudah mengumumkan rencana untuk berinvestasi jumbo mengembangkan teknologi kecerdasan buatan di Malaysia, seperti Google, Microsoft, dan Nvidia Corp. Masuknya raksasa teknologi tersebut sejalan dengan ambisi pemerintah Malaysia untuk mendongkrak industri semikonduktor nasionalnya. Negeri Jiran ini telah meluncurkan program National Semiconductor Strategy (NSS) dengan total anggaran RM 25 miliar. Para bankir investasi senior memperkirakan aktivitas kesepakatan M&A di Malaysia meningkat karena investor lokal dan internasional memanfaatkan peluang. “Kami melihat banyak minat dari klien regional dan internasional yang ingin mendiskusikan peluang di Malaysia,” kata Harry Naysminth, Direktur Pelaksana Unit Perbankan Investasi Citigroup, dilansir Bloomberg, Selasa (16/7).
Baca Juga: Singapura dan Malaysia Bangun Zona Khusus, Mampukah KEK Batam dan Bintan Bersaing? Malaysia menarik bagi investor global sebagai alternatif selain China, di mana investasi yang masuk ke negara ini di kuartal I-2024 sudah mencapai RM 83,7 miliar atau tumbuh 13% secara tahunan. Hal ini didukung dengan adanya perjanjian Malaysia dengan Singapura untuk mengembangkan zona ekonomi khusus lintas batas pertama di Asia Tenggara. Menurut Naysminth, saat ini merupakan momentum yang menguntungkan bagi Malaysia menjaring investor karena kondisi faktor politik yang stabil dan pasar sahamnya juga menunjukkan kinerja bagus. Sementara itu, Ai China Tan, Direktur Pelaksana dan Kepala Perbankan Investasi OCBC Malaysia mengungkapkan, perusahaan China juga tertarik membuka cabang di Malaysia dan mengincar akuisisi. Ia bilang, hubungan yang kuat antara kedua negara menjadikan Malaysia tempat yang baik untuk mencari kesepakatan dari perusahaan-perusahaan China khususnya di bidang-bidang seperti manufaktur maju, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
Baca Juga: Bakal Kedatangan Kompetitor, Begini Perkembangan KEK Batam dan Bintan Meskipun penawaran umum perdana (IPO) tidak banyak dilakukan secara global, tetapi penjualan saham di Malaysia tahun ini telah meningkat 35% dibandingkan tahun lalu, dipimpin oleh Johor Plantations Group Bhd. Taipan Vincent Tan sedang mempertimbangkan untuk mengambil alih perusahaan swasta Berjaya Food Bhd, pemilik bisnis Starbucks Corp di Malaysia. Sedangkan perusahaan ekuitas swasta CVC Capital Partners Plc telah berinvestasi di berbagai bidang di Malaysia seperti jasa keuangan dan ritel, dan TPG Inc. di bidang layanan kesehatan dan pendidikan. “Dengan lingkungan makroekonomi yang lebih stabil, termasuk suku bunga dan kondisi pembiayaan yang membaik, kami memperkirakan aktivitas M&A akan tetap kuat di Malaysia,” kata Tammi Yong, kepala perbankan investasi JPMorgan Chase & Co Malaysia.
Editor: Dina Hutauruk