Malindo Feedmill (MAIN) yakin bisnisnya akan membaik di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen pakan ternak PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) yakin kinerja bisnisnya akan membaik memasuki tahun 2021. Perusahaan ini juga bersiap melanjutkan agenda bisnis yang sebelumnya sempat tertunda.

Asal tahu saja, pendapatan MAIN terperosok 6% (yoy) menjadi Rp 7 triliun pada akhir 2020. Di periode yang sama, MAIN harus menderita rugi bersih sebesar Rp 38,83 miliar, padahal di tahun 2019 lalu emiten ini meraih laba bersih Rp 152,48 miliar.

Chief Financial Officer Malindo Feedmill , Rudy Hartono Husin, mengatakan, pihaknya optimistis di tahun ini mampu mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik ketimbang tahun sebelumnya.

Hal ini berkaca pada sinyal pemulihan konsumsi daging yang sudah terlihat sejak kuartal IV-2020 dan berlanjut pada awal tahun 2021.

Belum lagi, di kuartal II-2020 terdapat momen bulan Ramadan dan Lebaran Idul Fitri yang memungkinkan konsumsi daging dapat kembali meningkat. Terlepas dari itu, Manajemen MAIN juga memahami bahwa tekanan terhadap permintaan tetap ada mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung.

Baca Juga: Simak rekomensasi saham-saham berikut ini seiring naiknya keyakinan konsumen

“Secara umum, risiko tekanan terhadap permintaan tetap ada, namun kami memperkirakan kinerja Malindo akan lebih solid dibandingkan tahun lalu,” ungkap Rudy dalam acara Mailindo Earnings Call secara virtual, Senin (12/4).

Pihak MAIN juga yakin penjualan ayam pedaging yang dihasilkannya akan tetap berada dalam tren yang positif untuk beberapa waktu mendatang. Ini mengingat di masa pandemi Covid-19 dan tekanan ekonomi, konsumen cenderung untuk membeli daging yang lebih murah namun dengan kandungan protein tinggi.

Berdasarkan data dari presentasi MAIN, ayam pedaging memiliki kandungan protein sebesar 18,5% dan dihargai rata-rata sebanyak Rp 35.000 per kilogram. Angka ini jelas lebih murah ketimbang daging sapi yang harga rata-ratanya mencapai Rp 190.000 per kilogram dengan kandungan protein 20%.

Ada pula susu segar yang memiliki harga rata-rata sebesar Rp 25.000 per kilogram, namun kandungan proteinnya hanya 3%. Praktis, hanya telur saja yang memiliki harga rata-rata lebih murah ketimbang ayam broiler yakni Rp 23.500 per kilogram. Itu pun kandungan proteinnya hanya sampai 12,5%.

Optimisme MAIN juga didukung oleh potensi pertumbuhan konsumsi daging ayam di Indonesia yang cukup positif dalam beberapa tahun ke depan. Dalam paparan MAIN, tahun 2018 lalu konsumsi daging ayam di Indonesia berada di level 2,14 juta ton sedangkan di tahun 2023 nanti konsumsi daging ayam nasional diproyeksikan mencapai 2,38 juta ton.

Baca Juga: IHSG konsolidasi pada April 2021, berikut saham-saham pilihan Mirae Asset Sekuritas

Editor: Noverius Laoli