Mall Nirvana Development tak terimbas online



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nirvana Development Tbk (NIRO) mengklaim kinerja pusat belanja yang dikelolanya di daerah-daerah masih mengalami perkembangan di tengah kelesuan ritel di kota-kota besar. Okupansi rata-rata mall milik NIRO pada tahun 2017 mencapai 85%. Ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 80% dan sekitar 70%.

Seiring dengan pertumbuhan okupansi tersebut, pendapatan NIRO diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan. Tahun ini, perusahaan ini optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan sekitar 30%. Tahun depan, pertumbuhan revenue ditargetkan tumbuh minimal 25%-30%.

Untuk menjaga perkembangan okupansi mall yang dikelola serta menghadapi persaingan dengan bisnis e-commerce, NIRO terus melakukan berbagai strategi. Salah satunya adalah dengan membentuk inkubator. Caranya membuat toko di dalam mall yang kemudian di sekat-sekat dan disewakan ke tenant dengan harga lebih murah.


Teges Prita Soraya, Associate Director Head of Marketing & Communication NIRO menjelaskan, program inkubator itu dilakukan untuk menampung masyarakat lokal yang ingin berusaha. Saat ini perusahaan tercatat memiliki 13 mall di berbagai daerah lapis kedua dan ketiga.

"Mall kami ada di daerah, sehingga yang lebih tahu tentang keinginan atau minat dari masyarakat di sana pasti orang lokal. Untuk mengakomodasi itu kami buatlah toko yang kita tata dengan bagus agar sama dengan tenant-tenant skala nasional dan kami sekat untuk disewakan ke tenant lokal," jelasnya.

"Konsep inkubator ini kami kembangkan di seluruh mall kami, kecuali memang di mall yang okupansinya sudah penuh seperti di Cirebon, " ujar Teges.

Strategi lain yang dilakukan NIRO adalah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah sehingga seluruh kegiatan pemerintah setempat dilakukan di dalam mall. Strategi itu dilakukan untuk mendorong pengunjung mall dan pada akhirnya akan semakin banyak orang yang berbelanja.

Perusahaan ini belum terganggu e-commerce pasalnya lokasi mall berlokasi di wilayah yang memang sebelumnya tidak memiliki mall, sehingga kebutuhan mall itu sendiri masih besar. "Mall masih sesuatu yang baru dan diinginkan oleh masyarakat di sana, " ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini