Maluku bakal punya lima bandara baru



JAKARTA. Ada kabar menggembirakan bagi masyarakat Maluku. Tahun ini, pemerintah menargatkan mengoperasikan tiga bandara anyar di Maluku. Pemerintah juga menargetkan mengeoperasikan dua bandara baru lagi pada tahun 2016.

Tiga bandara baru yang ditargetkan beroperasi tahun ini adalah Bandara Saumlaki Baru, Bandara Tual Baru (Ibra), dan Bandara Kuffar. Sementara dua bandara yang akan beroperasi tahun 2015 adalah Bandara Moa dan bandara Werur.

Dengan adanya bandara baru, akses antar daerah di Maluku tentu semakin mudah. Masyarakat Seram Timur, Provinsi Maluku, misalnya, tak perlu lagi harus menempuh perjalanan laut dan darat hingga 12 jam untuk mencapai Kota Ambon demi naik pesawat. Dengan beroperasinya Bandara Kuffar, waktu tempuh Seram Timur–Ambon bisa dipangkas menjadi 1,5 jam.


Antonius Silaholo, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Maluku, mengatakan akses dan transportasi selama ini menjadi persoalan utama di Maluku. Maklum, Provinsi Maluku memiliki 1.340 pulau. Memang, saat ini Maluku setidaknya memiliki 11 bandara. Namun, selain masih kurang, banyak bandara memiliki kapasitas kecil sehingga belum mampu mendukung potensi ekonomi di provinsi itu.

Bandara Tual, misalnya, hanya memiliki landas pacu sepanjang 600 meter. Pesawat yang bisa mendarat di Tual cuma bisa mengangkut 10 penumpang. Karena itu,pemerintah membangun Bandara Tual Baru (Ibra) dengan landas pacu lebih panjang. Rencananya, landasan pacu Bandara Tual Baru tersebut akan dikembangkan hingga 2.400 meter. 

Menurut Antonius, Maluku memiliki tiga sektor ekonomi unggulan, yakni perikanan, perkebunan pala dan cengkih, dan sektor pariwisata. Namun, ketiga sektor tersebut belum tergarap maksimal lantaran persoalan transportasi. Kota Tual, misalnya, merupakan sentra perikanan di Maluku. Namun, hasil perikanan tidak dapat langsung diangkut melalui jalur udara karena pesawat yang bisa singgah di Bandara Tual berkapasitas kecil. Alhasil, hasil perikanan harus dipasarkan melalui jalur laut yang memakan waktu lama.

Antonius berharap, dengan bandara dan pesawat lebih besar, hasil perikanan Maluku ke depan bisa langsung diekspor melalui jalur udara. Begitu pula dengan pemasaran pala dan cengkih yang menjadi komoditas unggulan provinsi itu. Kedua komoditas tersebut sudah dipasarkan hingga Belanda. Namun, pengiriman ke Benua Eropa itu harus melalui bandara di Surabaya lantaran bandara di Maluku tak memadai.

Jadi, pala dan cengkih diangkut melalui jalur laut ke Surabaya yang memakan waktu empat hari. “Makanya, begitu sampai di Belanda, pala yang dikirim sudah berjamur,” kata Antonius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: A.Herry Prasetyo