KONTAN.CO.ID – JAKARTA.
Harga Bitcoin merosot ke level kisaran US$ 92.000, usai mencapai level tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH). Volatilitas harga baru-baru ini mengecilkan peluang Bitcoin bisa mencapai level US$100.000 di tahun 2024. Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur memandang, koreksi harga Bitcoin saat ini hingga ke level US$ 92.000 merupakan hal wajar karena pasar kripto memang sangat volatil. Adapun kali ini sentimen negatif yang menekan Bitcoin adalah keputusan Donald Trump untuk meningkatkan tarif impor dari Tiongkok, Meksiko, dan Kanada, seperti dilaporkan Reuters pada 26 November 2024. Dikereknya tarif impor Amerika Serikat (AS) tersebut telah memicu aksi jual di pasar saham berjangka dan pasar kripto yang dikenal sebagai aset berisiko. Bitcoin bersama indeks kripto lainnya mengalami tekanan jual yang signifikan, sementara dolar AS menguat dengan indeks dolar spot melonjak.
Kendati demikian, Fyqieh mencermati, koreksi harga Bitcoin baru-baru ini tidak menyurutkan optimisme investor. Penurunan sebesar 10% dari rekor tertinggi US$ 99.800 justru direspons dengan akumulasi aset, menunjukkan keyakinan terhadap potensi jangka panjang cryptocurrency ini.
Baca Juga: Terus Reli, Harga Bitcoin Menuju Level US$ 100.000 Berkat Donald Trump Adapun data dari CryptoQuant mencatat cadangan Bitcoin di bursa terpusat turun ke level 2,508 juta BTC pada 27 November, terendah sejak September 2018. Penurunan ini mencerminkan kepercayaan investor untuk memegang aset mereka, meski menghadapi volatilitas jangka pendek ‘’Penurunan Bitcoin ini adalah koreksi sehat untuk mengatasi kondisi pasar yang overbought, bukan sinyal tren bearish. Selain itu, pemerintahan Trump sedang merencanakan dewan penasihat kripto di Gedung Putih untuk menyusun kebijakan strategis Bitcoin,’’ ujar Fyqieh kepada Kontan.co.id, Rabu (27/11). Fyqieh menjelaskan kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024 telah membawa dampak positif yang signifikan terhadap pasar kripto, khususnya Bitcoin.
Dengan kebijakan yang diperkirakan lebih pro-kripto di bawah kepemimpinannya, sentimen pasar semakin menguat. ‘’Momentum bullish bitcoin ini didukung oleh ekspektasi kebijakan ramah kripto yang diusung Trump, seperti penghentian tindakan keras regulasi dan dorongan terhadap adopsi institusional,’’ sambung dia. Fyqieh menuturkan, dengan sentimen positif yang diperkuat oleh arus masuk modal baru dan ketertarikan institusi, BTC berpotensi melanjutkan tren naik. Optimisme ini didukung oleh kebijakan pro-kripto yang diharapkan di bawah pemerintahan Trump, memberikan fondasi kuat untuk BTC mencapai target yang lebih tinggi. Sejumlah pihak pun masih percaya, harga Bitcoin berpotensi mencapai angka US$ 100.000 pada akhir tahun 2024. Selanjutnya, rilis data inflasi PCE inti AS pada Rabu (27/11) akan menjadi katalis penting yang dapat memberikan arah baru bagi kebijakan suku bunga. ‘’Namun volatilitas tetap harus menjadi perhatian, dan investor sebaiknya terus memantau perkembangan kebijakan konkret di bawah pemerintahan Trump untuk mengantisipasi pergerakan selanjutnya,’’ tutur Fyqieh. Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Triv Gabriel Rey melihat peluang kemungkinan kecil bagi Bitcoin untuk menembus level US$100.000 di akhir tahun 2024. Hal tersebut karena mempertimbangkan koreksi harga baru-baru ini cukup signifikan dari level US$ 99.000 menjadi kisaran US$ 92.000. Gabriel melihat, harga Bitcoin memang sudah naik tinggi dan wajar apabila koreksi tajam terjadi yang tidak terlepas dari ramainya likuidasi investor. Bitcoin kemungkinan baru bisa menyentuh level US$ 100.000 di kuartal pertama tahun depan.
Baca Juga: Harga Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi di November 2024, Begini Respons Bos Indodax Namun demikian, potensi penurunan harga bitcoin saat ini dipandang menarik untuk mencicil beli bitcoin dengan strategi Dollar Cost Averaging (DCA). Dengan potensi BTC menguji kembali level US$ 99.000, maka pembelian mulai dari level US$ 90.000 hingga US$ 87.000, menjadi angka yang bagus untuk mengantisipasi kenaikan harga di kuartal I-2025. ‘’Saya rasa market akan konsolidasi antara US$ 87.000 – US$ 90.000, karena US$ 100.000 merupakan angka psikologis Bitcoin,’’ ucap Gabriel saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (27/11).
Mengutip Coinmarketcap, Rabu (27/11), pukul 18.40 WIB, BItcoin berada di level US$ 93.390.
Penguatan harga BTC terkikis menjadi hanya sekitar 0,10% dalam sepekan terakhir, namun telah melonjak sekitar 36% dalam periode sebulan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat