Mampukah BUMI keluar dari jerat utang?



JAKARTA. Proses rights issue PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih berjalan. Setelah proses itu usai, perusahaan Grup Bakrie tersebut yakin bisa segera bebas dari jerat utang.

"BUMI bakal terbebas dari utang sekitar tiga sampai empat tahun ke depan setelah restrukturisasi berhasil diselesaikan," ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava kepada KONTAN belum lama ini.

Proyeksi ini mempertimbangkan jangka waktu teknis rights issue BUMI. Sesuai rencana, perusahaan milik Grup Bakrie ini akan menerbitkan 28,75 miliar saham seri A dengan nilai nominal Rp 100 per saham.


Setiap pemilik 100 saham akan memperoleh 78 HMETD Seri A. Setiap satu HMETD Seri A berhak membeli satu saham baru Seri B, dengan harga pelaksanaan Rp 926,16 per saham. Sehingga nilainya mencapai US$ 2,01 miliar atau setara dengan Rp 26,62 triliun.

Bersamaan dengan itu, BUMI juga akan menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK). Sebelumnya, jumlah OWK yang diterbitkan sebesar 9,1 miliar unit di harga Rp 926,16. Namun, karena OWK ini akan diterbitkan tanpa warkat alias scripless, BUMI mengubah harga OWK menjadi Rp 1 per saham.

Menyesuaikan dengan perubahan ini, rasio HMETD seri B pun diubah. Sebelumya, setiap 100 saham akan memperoleh 25 HMETD Seri B. Namun, kini tiap 100 saham akan memperoleh 23,08 HMETD Seri B yang bisa ditukarkan menjadi OWK dengan harga Rp 1.

Nah, nantinya, OWK ini wajib dikonversikan menjadi saham biasa Seri B dengan harga konversi yang telah ditentukan. Di tahun pertama dan tahun kedua, harga konversi diberikan 30% lebih premium dari harga referensi yang sebesar Rp 926,16.

Sehingga, dalam tahun pertama dan kedua itu, harga konversinya Rp 1.204,01 untuk setiap saham baru yang diterbitkan. Namun, pada tahun ketiga hingga tahun ke tujuh, harga konversi untuk saham baru yang diterbitkan adalah sebesar Rp 926,16 atau harga rata-rata saham BUMI selama enam bulan terakhir, dipilih mana yang lebih rendah.

Tentunya, proyeksi tersebut juga tergantung pada kondisi harga batubara global. Hal ini sangat penting dalam menentukan kinerja keuangan BUMI.

Yusuf Ade Winoto, analis Yuanta Sekuritas Indonesia mengatakan, BUMI sejatinya memiliki fundamental yang baik. BUMI merupakan emiten batubara dengan produksi batubara terbesar dibanding emiten lainnya.

Valuasi saham BUMI juga menarik. Ditengah besarnya BUMI, valuasi sahamnya hanya setara dengan price earning ratio (PER) 4,6 kali. Bandingkan dengan PER PT Adaro energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) yang sebesar 9,1 kali dan 8,7 kali. "Sayangnya, BUMI datang dengan bagasi yang penuh dengan utang," ujar Yusuf dalam riset 11 Juli lalu.

Bukan hanya utang. Kepercayaan investor kepada BUMI juga sudah jauh berkurang. Untuk kasus ini, sepertinya sudah bisa sedikit ditangani seiring dengan kehadiran jajaran komisaris dan direksi baru yang mewakili sejumlah kreditur. "BUMI kedepannya harus lebih konsisten dalam menjaga performa keuangan dan operasional bisnisnya. Ini menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan investor kepada BUMI," jelas Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati