BEIJING. Belum lagi hilang dari ingatan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370, dunia kembali terkejut dengan jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Pesawat yang membawa 298 orang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur itu jatuh di sebelah timur Ukraina, Kamis (17/7).Seperti kita tahu, pada Maret lalu, maskapai Malaysia Airlines MH370 yang terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing hilang. Hingga kini, belum ditemukan bangkai pesawat tersebut. Jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 ini merupakan tragedi luar biasa. Analis penerbangan Maybank Mohsin Aziz menyatakan, tidak ada maskapai di dunia yang mengalami tragedi dalam empat bulan. "Ini tragedi yang tiada bandinganya," katanya.Musibah beruntun yang menimpa Malaysia Airlines ini tentu menimbulkan pertanyaan mampukah maskapai negeri jiran ini bertahan? Aziz sendiri meragukan kemampuan Malaysia Airlines bertahan setelah kejadian pertama. Dia memperkirakan, maskapai nasional Malaysia itu akan sulit melewati semester kedua 2015. "Mereka menderita kerugian besar," katanya.Belum lagi sentimen negatif terhadap maskapai tersebut. Dia menilai, Malaysia Airlines mendapat kritikan tajam tentang bagaimana menangani kejadian hilangnya pesawat MH370. Kritikan pedas itu datang dari para keluarga korban terutama dari China tentang bagaimana Malaysia Airlines menangani hilangnya pesawat tersebut. Ini juga yang terjadi pada Kamis (17/7) malam. Di Bandara Kuala Lumpur International Airport, keluarga korban marah lantaran tidak menemukan satu orang petugas Malaysia Airlines.Akibat kejadian beruntun ini telah menimbulkan sentimen negatif di benak konsumen yang enggan terbang bersama Malaysia Airlines. Katanya, konsumen tak lagi peduli siapa pelaku dibalik jatuhnya pesawat itu. Alhasil, dia menganggap beban Malaysia Airlines semakin berat. Nilai saham MAS sendiri terus tenggelam akibat sentimen negatif. Hingga perdagangan Jumat (18/7), harga saham MAS sudah anjlok 11%. Bila dihitung sejak awal tahun ini, harga sahamĀ MAS sudah anjlok 35%.Pengambilan rute yang dilakukan Malaysia Airlines juga menjadi pertanyaan. Ini karena banyak maskapai di dunia telah menghindari rute yang diambil pesawat MH17. Meski maskapai tersebut sudah berusaha memperbaiki kinerjanya dengan cara memangkas biaya operasional dan meningkatkan penjualan tiket, Aziz melihat hal tersebut tidaklah mudah. "Orang hanya mau terbang dengan Malaysia Airlines jika harga tiketnya benar-benar murah," begitu dalihnya.Malaysia Airlines juga didera penambahan biaya lainnya. Contohnya biaya santunan bagi keluarga korban. Otomatis biaya pemasaran maskapai itu akan semakin membengkak.Aziz sendiri menduga pemerintahnya tidak akan membubarkan Malaysia Airlines. Sebab, pembubaran Malaysia Airlines ini akan menghilangkan kebanggaan Malaysia. Menurutnya, upaya yang realistis adalah meminta intervensi pemerintah lewat Khazanah. Asal tahu saja, Khazanah adalah badan investasi milik pemerintah Malaysia. Sepuluh tahun lalu, Pemerintah Malaysia sendiri pernah menyelamatkan Malaysia Airlines. "Ini akan membuka jalan meraih untung beberapa tahun sebelum mismanajemen dan dampak permainan serikat pekerja," kata Head Research Analyst Asia Pacific Credit Suisee, Timothy Ross.
Mampukah Malaysia Airlines bertahan?
BEIJING. Belum lagi hilang dari ingatan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370, dunia kembali terkejut dengan jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Pesawat yang membawa 298 orang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur itu jatuh di sebelah timur Ukraina, Kamis (17/7).Seperti kita tahu, pada Maret lalu, maskapai Malaysia Airlines MH370 yang terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing hilang. Hingga kini, belum ditemukan bangkai pesawat tersebut. Jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 ini merupakan tragedi luar biasa. Analis penerbangan Maybank Mohsin Aziz menyatakan, tidak ada maskapai di dunia yang mengalami tragedi dalam empat bulan. "Ini tragedi yang tiada bandinganya," katanya.Musibah beruntun yang menimpa Malaysia Airlines ini tentu menimbulkan pertanyaan mampukah maskapai negeri jiran ini bertahan? Aziz sendiri meragukan kemampuan Malaysia Airlines bertahan setelah kejadian pertama. Dia memperkirakan, maskapai nasional Malaysia itu akan sulit melewati semester kedua 2015. "Mereka menderita kerugian besar," katanya.Belum lagi sentimen negatif terhadap maskapai tersebut. Dia menilai, Malaysia Airlines mendapat kritikan tajam tentang bagaimana menangani kejadian hilangnya pesawat MH370. Kritikan pedas itu datang dari para keluarga korban terutama dari China tentang bagaimana Malaysia Airlines menangani hilangnya pesawat tersebut. Ini juga yang terjadi pada Kamis (17/7) malam. Di Bandara Kuala Lumpur International Airport, keluarga korban marah lantaran tidak menemukan satu orang petugas Malaysia Airlines.Akibat kejadian beruntun ini telah menimbulkan sentimen negatif di benak konsumen yang enggan terbang bersama Malaysia Airlines. Katanya, konsumen tak lagi peduli siapa pelaku dibalik jatuhnya pesawat itu. Alhasil, dia menganggap beban Malaysia Airlines semakin berat. Nilai saham MAS sendiri terus tenggelam akibat sentimen negatif. Hingga perdagangan Jumat (18/7), harga saham MAS sudah anjlok 11%. Bila dihitung sejak awal tahun ini, harga sahamĀ MAS sudah anjlok 35%.Pengambilan rute yang dilakukan Malaysia Airlines juga menjadi pertanyaan. Ini karena banyak maskapai di dunia telah menghindari rute yang diambil pesawat MH17. Meski maskapai tersebut sudah berusaha memperbaiki kinerjanya dengan cara memangkas biaya operasional dan meningkatkan penjualan tiket, Aziz melihat hal tersebut tidaklah mudah. "Orang hanya mau terbang dengan Malaysia Airlines jika harga tiketnya benar-benar murah," begitu dalihnya.Malaysia Airlines juga didera penambahan biaya lainnya. Contohnya biaya santunan bagi keluarga korban. Otomatis biaya pemasaran maskapai itu akan semakin membengkak.Aziz sendiri menduga pemerintahnya tidak akan membubarkan Malaysia Airlines. Sebab, pembubaran Malaysia Airlines ini akan menghilangkan kebanggaan Malaysia. Menurutnya, upaya yang realistis adalah meminta intervensi pemerintah lewat Khazanah. Asal tahu saja, Khazanah adalah badan investasi milik pemerintah Malaysia. Sepuluh tahun lalu, Pemerintah Malaysia sendiri pernah menyelamatkan Malaysia Airlines. "Ini akan membuka jalan meraih untung beberapa tahun sebelum mismanajemen dan dampak permainan serikat pekerja," kata Head Research Analyst Asia Pacific Credit Suisee, Timothy Ross.