JAKARTA. Bak pedang bermata dua. Istilah ini sepertinya cocok menggambarkan perkembangan industri rokok tanah air. Betapa tidak. Di satu sisi, industri rokok merupakan industri yang menyumbang pendapatan terbesar bagi pemerintah melalui cukai rokok. Sebagai gambaran saja, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada tahun lalu, penerimaan yang diterima negara dari cukai rokok meningkat menjadi Rp 77 triliun. Padahal, tahun 2010, nilainya hanya sebesar Rp 65 triliun. Namun, di sisi lain, keberadaan industri rokok mulai dibatasi terkait isu yang berhubungan dengan kesehatan dan lingkungan. Sebagai contoh, pada tahun depan, pemerintah berencana menaikkan cukai rokok yang akan berlaku efektif tahun depan. Kabarnya, pemerintah akan mematok kenaikan dengan kisaran 7%-10%.
Kebijakan pemerintah ini tentunya akan berdampak pada kinerja emiten rokok ke depannya. Sebagai gambaran, dari tiga saham emiten rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia saat ini, hanya saham PT HM Sampoerna yang berhasil menoreh kenaikan lumayan di sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun hingga 7 Desember 2012, saham HMSP sudah melambung 49,35%. Bandingkan dengan penurunan saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang anjlok 11,23% pada periode yang sama. Sedangkan saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) melorot 23,07%. Kondisi itu menyebabkan nilai kapitalisasi pasar HMSP menduduki posisi kedua pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setelah PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai mencapai Rp 255,309 triliun. Sedangkan saham GGRM menduduki posisi 9 dengan nilai Rp 106,402 triliun dan saham RMBA berada di urutan 123 dengan market cap Rp 4,344 triliun.
Pergerakan saham emiten rokok | | | |
| | | |
| Saham HMSP | Saham GGRM | Saham RMBA |
Posisi awal tahun | Rp 39.000 (2 Januari 2012) | Rp 62.300 (2 Januari 2012) | Rp 780 (2 Januari 2012) |
Posisi akhir tahun | Rp 58.250 (6 Desember 2012) | Rp 55.300 (6 Desember 2012) | Rp 600 (6 Desember 2012) |
Level tertinggi | Rp 58.250 (5 Desember 2012) | Rp 63.150 (4 Januari 2012) | Rp 970 (13 Maret 2012) |
Level terendah | Rp 39.000 (2 Januari 2012) | Rp 46.000 (27 September 2012) | Rp 550 (8 November 2012) |
Kenaikan di sepanjang 2012 | 49,35% | 11,23% | 23,07% |
Meski demikian, kondisi itu tak menyurutkan niat PT Wismilak Inti Makmur Tbk untuk melego sebagian sahamnya ke publik. Ya, Wismilak memang akan segera mencatatkan sahamnya atau menggelar initial public offering (IPO) pada akhir Desember mendatang. Sekadar informasi, dalam prospektus perusahaan, Wismilak akan melepas sebanyak-banyaknya 30% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh atau setara dengan 629,96 juta saham. Calon emiten rokok keempat ini sudah menetapkan harga saham perdana Rp 650 per saham. Itu artinya, target dana yang dihimpun perseroan dalam hajatan ini senilai Rp 409,47 miliar. Menurut manajemen Wismilak, dana ini nantinya akan dialokasikan ke beberapa pos. Perinciannya, sekitar 50% akan digunakan untuk belanja modal, 30% akan digunakan untuk modal kerja, dan 20% sisanya akan ditujukan untuk pelunasan utang bank. Dalam IPO ini, "Kami akan menggunakan laporan keuangan Juni 2012," imbuh Corporate Secretary Wismilak Surjanto Yasaputera kepada KONTAN. Perseroan juga telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan OSK Nusadana Securities Indonesia sebagai penjamin pelaksana IPO. Prospeknya? Pendapat analis mengenai prospek saham Wismilak cukup beragam. Menurut Tonny W Setiadi, Kepala Riset Indosurya Securities, prospek saham Wismilak ke depannya terbilang menjanjikan. Sebab, jika dilihat secara sektoral, sektor rokok termasuk sektor yang defensif karena tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian. "Industri rokok lebih terpengaruh oleh peraturan pemerintah yang pada akhirnya mempengaruhi biaya produksi," jelas Tony. Dia menilai, prospek saham Wismilak sebenarnya sangar besar. Namun, hal itu tergantung pada strategi yang dijalankan perusahaan pasca IPO. Hal senada juga diungkapkan oleh Reza Priyambada, Analis Trust Securities. Reza berpendapat, semua pergerakan saham akan ditentukan melalui kinerja perusahaan terkait. "Dalam hal Wismilak, atau secara umum perusahaan rokok, pergerakan saham juga akan mengikuti dari kebijakan pemerintah menyoal bea cukai rokok," tambah dia. Pendapat berbeda diungkapkan oleh Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Investa Saran Mandiri. Kiswoyo menguraikan, untuk jangka panjang atau long term, prospek saham Wismilak terbilang buruk. Dia mengungkapkan alasan, sudah ada sejumlah pertanda industri rokok mulai tenggelam. "Di Australia dan Singapura saja, bungkus dan kemasan rokok sudah diatur oleh pemerintah. Standar bungkusnya adalah gambar-gambar yang menyeramkan akibat merokok. Dikhawatirkan, langkah Australia yang meniru Singapura akan diikuti oleh 30 negara maju lainnya. Di Indonesia sendiri merokok sudah mulai dilarang di tempat umum kan?” papar Kiswoyo panjang lebar. Namun, di tengah kontradiksi yang ada, secara umum, analis berpendapat prospek saham Wismilak cukup baik ke depannya. Hal itu terlihat dari harga perdana yang ditawarkan sebesar Rp 650 per saham. "Harga saham Wismilak cukup wajar. Apalagi dengan mempertimbangkan
price earning ratio (PER) yang dibandingkan dengan perusahaan rokok lain cukup terdiskon. Namun diskon itu sesuai dengan kinerja dari perusahaan yang masih di bawah kinerja perusahaan rokok terbesar yang sudah terdaftar di bursa," papar Tonny. Sedangkan menurut Reza, harga saham yang ditawarkan Wismilak dapat menjadi acuan likuiditas untuk dapat ditransaksikan investor. "Harga saham dan ukuran dari Wismilak cukup berimbang. Saham Wismilak cocok untuk ditransaksikan atau diperdagangkan para investor," tutur Reza. Reza juga menilai adanya potensi kenaikan harga saham Wismilak hingga level Rp 800 per saham di awal pencatatannya. Bahkan, dirinya melihat dalam 2-3 bulan setelah IPO, harga saham Wismilak bisa menyentuh level Rp 1.000 per saham. Setali tiga uang, Analis Lautandhana Sekuritas Willy Sanjaya juga menyatakan bahwa harga yang ditawarkan sudah cukup baik untuk diperdagangkan investor. "Terutama dengan melihat waktu pencatatannya yang sudah mendekati Januari efek. Jadi bisa naik di hari pertama hingga Rp 800 per lembar saham," bebernya. Sejauh ini, Willy melihat peminat saham-saham perusahaan rokok juga masih sangat baik. Sama halnya dengan Reza, Willy memprediksi saham Wismilak akan bertengger di level Rp 1.000-1.100 per lembar saham dalam jangka panjang. Meski pesimistis dengan kinerja Wismilak, Kiswoyo rupanya sepakat dengan analis lain. Dia bilang, "Kalau melihat
underwriter-nya, saham Wismilak bisa naik tinggi pada hari perdana dengan kisaran 20%-50%. Apalagi dengan jatah ritel yang tinggi. Namun, yang perlu dingat, saham itu hanya untuk
day trader alias untuk
trading, bukan untuk investasi." Tonny menambahkan, potensi kenaikan harga saham Wismilak pada hari pertama transaksi sangat tergantung pada kondisi pasar saat itu. "Pada hari pertama, tentu saja harga saham juga dipengaruhi apakah hari tersebut merupakan hari yang “hijau” dimana kondisi pasar dan investor penuh dengan optimisme, ataukah hari itu merupakan hari yang “merah”? Ada baiknya investor melihat kondisi bursa global pada hari pertama listing. Saya sendiri melihat potensi kenaikan di sekitar 30%an, kenaikan yang cukup konservatif untuk saham IPO di BEI," jelasnya panjang lebar. Tergantung kinerja Selain itu, prospek saham Wismilak ke depan juga sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan. Karena, idealnya, pergerakan harga saham selalu bergerak searah dengan kinerja perusahaan. Sejumlah analis sepakat, kinerja calon emiten ini terbilang baik. Asal tahu saja, sepanjang paruh pertama 2012, Wismilak berhasil mencatat kenaikan penjualan sebesar 20%. Selain itu, Wismilak juga berhasil mengantongi laba bersih komprehensif senilai Rp 39 miliar, yang mencerminkan ROE 31,0%. Hanya saja, yang perlu diingat, pangsa pasar Wismilak masih terbilang mini yakni 1% dibanding tiga pesaingnya yang sudah menguasai 65% pangsa pasar. Itu artinya, Wismilak harus bekerja ekstra keras untuk bisa meningkatkan pasarnya.
Namun, Tonny berpendapat, kelemahan Wsimilak ini bisa dijadikan peluang besar bagi perusahaan. “Karena pangsa pasar yang baru 1% itu juga, maka peluang Wismilak untuk memperbesar pangsa pasarnya masih sangat besar. Mungkin, pasca IPO perusahaan ini harusnya lebih agresif dalam bersaing,” urainya. Terkait hal itu, tambah Tonny, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan Wismilak.
Pertama, perusahaan harus membuat produknya lebih dikenali oleh masyarakat luas.
Kedua, perusahaan harus menerapkan strategi pemasaran yang cukup agresif agar pasar bisa menangkap dan mengingat produk dan perusahaan.
Ketiga, perusahaan harus memperluas dan meningkatkan pasarnya, seperti mengekspor produk dan meningkatkan distribusi di seluruh Indonesia. Secuplik sejarah Wismilak:
- Pada tahun 1962, pasangan Lie Koen Lie (Wisman Ali) dan Liem Sien Nio (Sinta Dewi Sampurno, anak ketiga dari Liem Seeng Tee) bersama dengan Oei Bian Hok (Budiono Widjajadi) mendirikan PT Gelora Djaja. Mula-mula pabrik tersebut berdiri di lokasi di Jl. Petemon Barat Surabaya, dengan hanya 10 orang pegawai. PT Gelora Djaja memulai kegiatan usahanya dibidang rokok dengan dikeluarkannya SKT (Sigaret Kretek Tangan) dengan merek “Galan” pada tahun tersebut. Pada tahun 1963 PT. Gelora Djaja memulai produksi rokok “Wismilak Kretek Special”. - Pada 27 November 1979, PT Putri Jaya didirikan yang kemudian berubah menjadi PT Putri Gelora Djaja, pada tanggal 4 April 1981. Perusahaan ini ditujukan untuk memproduksi kemasan kretek Galan dan Wismilak. - Pada tahun 1983 PT Gawih Jaya didirikan untuk mendistribusikan produk Wismilak. - Pada tahun 1985 PT Gelora Djaja membeli mesin pembuat kretek merek Ducofle buatan Perancis (1984). Sejak saat itu mulai dirintis era sigaret kretek mesin (SKM) di PT Gelora Djaja. - Pada tahun 1989 Lahir brand Wismilak Diplomat, SKM dengan kemasan hitam dan harga premium pertama di Indonesia. - Pada tahun 1994, didirikanlah PT Wismilak Inti Makmur sebagai 'holding company' perusahaan dan unit bisnis Wismilak, sekaligus sebagai pabrikan filter kretek. - Beberapa 'brand' lahir di tahun 2000 dan selanjutnya. Misalnya 'Wismilak Slim' (2000), SKT low tar – low nikotin pertama di Indonesia. Di tahun 2000 itu pula mulai diproduksi cigars dengan brand 'Wismilak Premium Cigars' dengan varian Robusto sebagai produk awal. Pada tahun 2004, lahir brand Galan Slim dan selanjutnya, tahun 2009 lahir brand 'Wismilak Diplomat Anniversary'. (2009) - Tahun 2010, PT Gelora Djaja masuk ke era kretek 'mild' dengan meluncurkan brand 'Galan Mild'. Pada tahun itu pula mulai diproduksi pula varian Wismilak Premium Cigars, yaitu : Corona dan Petit Corona. Sumber: Wikipedia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie