KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan tangan terkatup dan senyum tipis, para menteri luar negeri Pakistan, China, dan Taliban Afghanistan berpose saat bertemu di Kabul pada Rabu (20/8). Pertemuan ini menjadi trilateral kedua dalam 12 minggu terakhir, setelah sebelumnya digelar di Beijing pada Mei lalu. Pertemuan Mei tersebut menandai pemulihan hubungan diplomatik Pakistan-Afghanistan yang sempat memburuk, sekaligus membuka pembicaraan mengenai perluasan China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) ke Afghanistan. CPEC sendiri merupakan bagian dari Belt and Road Initiative (BRI), proyek ambisius China untuk membangun jaringan infrastruktur lintas benua.
Dinamika Regional yang Bergeser
China berusaha tampil sebagai mediator di tengah hubungan Pakistan-Afghanistan yang memburuk. Padahal, Islamabad dulunya adalah pendukung utama Taliban. Kini, Pakistan menuduh Taliban memberi perlindungan bagi kelompok yang melancarkan kekerasan lintas batas, sementara Kabul menuding Pakistan melakukan pelanggaran HAM melalui deportasi pengungsi Afghanistan. Sementara itu, peta geopolitik kawasan ikut berubah.- Pakistan mempererat hubungan dengan Amerika Serikat, rival utama China.
- China kembali menjalin komunikasi dengan India, musuh bebuyutan Pakistan, yang kini juga aktif berhubungan dengan Taliban.
- Afghanistan di bawah Taliban semakin mencari legitimasi internasional.
CPEC di Bawah Tekanan
Diluncurkan pada 2015, CPEC kerap dipuji sebagai “game-changer” bagi ekonomi Pakistan. Namun, proyek ini melambat dalam beberapa tahun terakhir akibat instabilitas politik, isu keamanan, dan serangan terhadap warga serta infrastruktur China di Pakistan.- 20.000 warga China tinggal di Pakistan saat ini.
- Sejak 2021, sedikitnya 20 orang warga China tewas dalam serangan bersenjata.
- Kelompok separatis di Balochistan dan militan di utara Pakistan secara rutin menargetkan pekerja dan fasilitas CPEC.
Faktor Keamanan: TTP dan ETIM Jadi Sorotan
Kekerasan di Pakistan meningkat tajam sejak Taliban berkuasa di Kabul pada 2021. Menurut Pakistan Institute for Conflict and Security Studies (PICSS), dalam enam bulan pertama 2025:- Terjadi 502 serangan bersenjata,
- Menewaskan 737 orang, termasuk 284 aparat keamanan dan 267 warga sipil.
- Angka kematian melonjak 121% dibanding periode sama 2024.
Peran China: Mediator, Bukan Penjamin?
Bagi Beijing, keamanan Pakistan dan Afghanistan adalah prasyarat keberhasilan BRI. Karena itu, melalui pertemuan trilateral tingkat tinggi, China berupaya mempersempit jurang perbedaan Pakistan-Afghanistan, sekaligus mendorong kedua pihak menanggapi kekhawatiran keamanan masing-masing. Namun, sejauh ini hasil upaya tersebut masih terbatas. Para pengamat menilai:- China memiliki pengaruh diplomatik dan ekonomi yang signifikan,
- Tapi masih ragu menjadi penjamin keamanan dalam hubungan Pakistan-Afghanistan.
- Faktor risiko dan kecemasan internal Beijing sendiri kerap membatasi langkahnya.