JAKARTA. Banyaknya gejolak perekonomian yang terjadi pada tahun lalu membuat kinerja bank pelat merah meleset dari ekspektasi. Makanya dari empat bank milik negara ini yang melantai dibursa, hanya dua yang masih menorehkan pertumbuhan signifikan. Dari laporan keuangan, laba bersih PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat penurunan laba bersih paling drastis mencapai 30,7% menjadi Rp 13,07 triliun dari Rp 21,15 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hanya menorehkan pertumbuhan laba tipis 3,2% menjadi Rp 26,22 triliun dari Rp 25,41 triliun. Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menorehkan pertumbuhan laba bersih masing mencapai 24,8% dan 41,5%.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan perlambatan ekonomi pada tahun lalu membuat kinerja banyak perusahaan tidak bagus. Sehingga banyak Bank melakukan pencadangan dana. ”Khususnya dari kredit-kredit perusahaan komoditas,” kata Hans kepada Kontan, Minggu (19/2). Kredit-kredit diperusahaan komoditas cukup menjadi kendala. Seperti tingkat
non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah untuk sektor pertambangan dan penggalian menjadi yang paling tinggi. Menembus level 7,37% per November 2016 kemarin dengan nilai Rp 9,40 triliun dari total kucuran kredit Rp 127,51 triliun. Hans menjelaskan rendahnya komoditas juga berimbas pada daya beli masyarakat yang rendah tahun kemarin. Melihat banyaknya pekerja di sektor tambang yang di-PHK akibat tidak beroperasinya perusahaan. Dengan terbangnya harga komoditas tahun ini, seharusnya bisa mendorong juga kinerja perbankan. Karena kontribusi NPL tentu akan berkurang. Analis Samuel Sekuritas Andy Ferdinand mengatakan meski NPL tampak membaik pada semester kedua tahun kemarin, tapi dia masih menyimpan beberapa kekhawatiran tentang kualitas aset bank tahun ini. Seperti outlook NPL BBRI tahun ini yang diperkirakan sebesar 2,2%-2,4% lebih tinggi dari kuartal IV tahun lalu di 2,03%. ”Kemungkinan NPL segmen korporasi dan medium masih berpotensi meningkat tahun ini,” katanya dalam riset (9/2). Walaupun secara garis besar prediksi NPL rata-rata dari perbankan sudah dibawah tahun sebelumnya. Seperti BBRI 2,2%-2,4% dari kuartal IV tahun lalu 2,03%, BBTN 2,5% dari 2,8%, BMRI 3,5% - 4% dari 4%, dan BBNI 2,8%-2,9% dari 3%.
Asal tahu saja walaupun pada Desember 2016 tingkat NPL berhasil turun mencapai 2,93%, namun merujuk bulan sebelumnya tingkat kredit macet perbankan menyentuh angka 3,1%. Jika dibandingkan dengan akhir tahun 2015 tingkat NPL rata-rata berada pada level 2,4%. Tapi untuk pertumbuhan pinjaman Andy meyakini masih naik seiring kuatnya pertumbuhan kredit disegmen mikro dan korporasi. Selain itu, berjalanya permintaan proyek infrastruktur juga merupakan kunci peningkatan kredit sektor inftrastruktur ke bank-bank BUMN. ”Kalau potensi naiknya inflasi dan suku bunga, diperkirakan akan sedikit menurunkan tingkat NIM,” kata Andy. Sehingga Andy memilih saham untuk rekomendasi buy, BBRI dan BBTN ditarget harga masing-masing Rp 13.500 dan Rp 2.300. Sementara Hans merekomendasikan buy tiga bank yakni BBNI yang menjadi pilihan utama ditarget harga 5.850, diikuti BBRI Rp 13.100, dan BMRI Rp 12.100. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto