Manado berprospek untuk bisnis properti



JAKARTA. Ada hasil menarik dari Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia (BI). Dari 14 kota besar yang BI survei, kota diluar Jawa mendomonasi pertumbuhan harga paling pesat.

BI mencatat kota yang harga propertinya naik paling tinggi secara kuartalan adalah Manado sebesar 9,70% per kuartal. Disusul oleh Surabaya 4,19% per kuartal dan Palembang 3,68% per kuartal.

Secara tahunan, kenaikan harga paling tinggi terjadi di Surabaya sebesar 18,85% year on year, diikuti Manado 16,91% year on year dan Medan 16,32% year on year. "Manado mengalami kenaikan harga paling tinggi sejalan  meningkatnya perekonomian daerah sebagai representasi kawasan Indonesia Timur," tulis Divisi Statistik Sektor Riil BI dalam laporannya.


BI memprediksi kota yang kenaikan harga propertinya paling tinggi di kuartal III-2013 tidak berubah, yaitu Manado sebesar 14,54% per kuartal, berikutnya Surabaya 6,11% per kuartal dan Palembang 6,01% per kuartal.

Menurut Ketua DPD Persatuan Perusahaan RealEstat Indonesia (REI) Sulawesi Utara William Tanos, sektor properti Manado mulai menggeliat lima tahun belakangan. Lantaran pertumbuhan ekonomi Manado di atas rata-rata nasional dan keamanannya relatif stabil. "Harga lahan di Manado lebih murah dari  Jawa," katanya ke KONTAN, Senin (19/8).

Dari catatan Direktur Utama PT Kharisma Mitra Sejajar ini, harga lahan di pusat kota Manado saat ini berkisar Rp 9 juta per meter persegi (m2)  sampai Rp 10 juta m2. Kenaikan harga bisa 20% per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon