Manager investasi optimistis industri investasi masih tumbuh positif tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap industri investasi terus terjadi. Baik itu tekanan yang berasal dari sentimen domestik maupun global. Kendati begitu, sejumlah managemen investasi masih menaruh sikap optimistis pada industri Indonesia tahun ini.

Beberapa managemen investasi menyatakan industri investasi masih tumbuh di tengah tekanan ketidakpastian ekonomi global.

Direktur utama Avrist Asset Managemet Hanif Mantiq mengatakan, perkembangan industri investasi saat ini tumbuh semakin baik. Salah satu pendorongnya, berasal dari banyaknya financial technology (fintech) yang menjadi channel distribution.


Alhasil, dengan meluasnya channel distribution yang masuk sukses menambah penetrasi investasi, khususnya kepada investor retail. Bahkan Avrist Asset Management menargetkan total dana kelolaan perusahaan itu di sepanjang 2019 mampu bertumbuh hingga 10%.

"Saya kira tidak ada kekhawatiran dari gejolak ekonomi global, karena trade war sendiri sudah mulai mereda," ujarnya kepada Kontan, Senin (17/6).

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan, hingga akhir 2018, dana kelolaan reksa dana di luar RD Penyertaan Terbatas adalah Rp 475,41 triliun naik 2,4% ke Rp 487,19 triliun di Mei 2019. Berkaca dari hal tersebut, bisa disimpulkan bahwa perkembangan industri investasi masih cukup baik.

"Cukup baik, apalagi di tengah performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sangat bergejolak terutama di Mei," ungkapnya.

Ke depan, seiring dengan potensi penurunan suku bunga, Panin memprediksi BI7DRR bakal turun satu kali sebesar 25 bps di akhir 2019. Namun seandainya diturunkan lebih cepat, dan lebih besar karena menyesuaikan dengan kebijakan bank sentral di luar negeri tentu itu dianggap lebih baik.

Menurutnya, pelonggaran kebijakan likuiditas dan lingkungan suku bunga tentu akan berdampak positif bagi saham dan obligasi. Salah satu sektor yang dapat menikmati manfaat dari penurunan suku bunga adalah sektor properti. Untuk sektor pertambangan, beberapa saham telah turun cukup dalam, jika valuasi telah menjadi cukup menarik, kami mempertimbangkan untuk masuk.

Sedangkan, untuk saham big caps, menurut Rudiyanto meskipun akan diuntungkan, namun market memperkirakan masih akan terus volatile karena pengaruh perang dagang, sehingga akan lebih selektif.

Untuk obligasi pemerintah, investasi bisa dilakukan pada tenor panjang, untuk memaksimalkan efek kenaikan harga. Sementara investasi pada obligasi korporasi untuk menstabilkan performa, perlu dipilih perusahaan dengan rating minimal Single A.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli