TORONTO. Produsen smartphone asal Kanada, Blackberry, mencari berbagai pilihan alternatif untuk kelangsungan bisnis perusahaan. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan Blackberry adalah menjual perusahaan. Untuk keperluan itu, dewan direksi telah membentuk komite khusus untuk mempelajari sejumlah alternatif untuk meningkatkan nilai dan skala bisnis perusahaan, termasuk kemungkinan membuka peluang partnership bagi investor yang berminat. Timothy Dattels, anggota dewan direksi Blackberry, akan memimpin komite tersebut. "Kami yakin saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencari pilihan-pilihan strategis," kata Timothy, seperti dikutip BBC, Senin (12/8). Keputusan Blackberry itu diambil seiring lesunya penjualan smartphone Blackberry 10. Penjualan Blackberry 10 ini dianggap akan mempengaruhi masa depan perusahaan. "Sepanjang tahun lalu, tim manajemen dan dewan direksi fokus pada peluncuran platform Blackberry 10 dan Blackberry Enterprise Server (BES) 10. Kami lalu mengevaluasi pendekatan terbaik guna memberikan nilai jangka panjang untuk para pelanggan dan pemegang saham," jelasnya. Prem Watsa, pemimpin Fairfax Financial, pemegang saham terbesar Blackberry, telah mengundurkan diri dari dewan direksi setelah pembentukan komite diumumkan. Prem mengatakan dirinya ingin menghindari segala konflik kepentingan yang berpotensi muncul. Namun, Prem akan tetap berkontribusi kepada perusahaan. "Saya akan tetap menjadi pendukung terkuat perusahaan, dewan direksi, serta tim manajemen seiring langkah yang mereka ambil dalam proses ini. Dan Fairfax Financial tidak berniat untuk menjual bagian saham kami," tutur Prem. Meski begitu, harian Kanada Globe and Mail, seperti dikutip Reuters kemarin (12/8), menyatakan Fairfax telah berbicara kepada industri dan pihak-pihak swasta mengenai kemungkinan privatisasi Blackberry. Namun, Fairfax tidak memberikan tanggapannya atas kabar tersebut.
Manajemen Blackberry berencana jual perusahaan
TORONTO. Produsen smartphone asal Kanada, Blackberry, mencari berbagai pilihan alternatif untuk kelangsungan bisnis perusahaan. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan Blackberry adalah menjual perusahaan. Untuk keperluan itu, dewan direksi telah membentuk komite khusus untuk mempelajari sejumlah alternatif untuk meningkatkan nilai dan skala bisnis perusahaan, termasuk kemungkinan membuka peluang partnership bagi investor yang berminat. Timothy Dattels, anggota dewan direksi Blackberry, akan memimpin komite tersebut. "Kami yakin saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencari pilihan-pilihan strategis," kata Timothy, seperti dikutip BBC, Senin (12/8). Keputusan Blackberry itu diambil seiring lesunya penjualan smartphone Blackberry 10. Penjualan Blackberry 10 ini dianggap akan mempengaruhi masa depan perusahaan. "Sepanjang tahun lalu, tim manajemen dan dewan direksi fokus pada peluncuran platform Blackberry 10 dan Blackberry Enterprise Server (BES) 10. Kami lalu mengevaluasi pendekatan terbaik guna memberikan nilai jangka panjang untuk para pelanggan dan pemegang saham," jelasnya. Prem Watsa, pemimpin Fairfax Financial, pemegang saham terbesar Blackberry, telah mengundurkan diri dari dewan direksi setelah pembentukan komite diumumkan. Prem mengatakan dirinya ingin menghindari segala konflik kepentingan yang berpotensi muncul. Namun, Prem akan tetap berkontribusi kepada perusahaan. "Saya akan tetap menjadi pendukung terkuat perusahaan, dewan direksi, serta tim manajemen seiring langkah yang mereka ambil dalam proses ini. Dan Fairfax Financial tidak berniat untuk menjual bagian saham kami," tutur Prem. Meski begitu, harian Kanada Globe and Mail, seperti dikutip Reuters kemarin (12/8), menyatakan Fairfax telah berbicara kepada industri dan pihak-pihak swasta mengenai kemungkinan privatisasi Blackberry. Namun, Fairfax tidak memberikan tanggapannya atas kabar tersebut.