JAKARTA. Mencari pasokan gas baru merupakan misi utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Demi meningkatkan pasokan gas, tak tanggung-tanggung, PGAS berniat mengakuisisi blok gas.Untuk merealisasikan misi tersebut, pengelola PGAS menyiapkan dana sekitar Rp 5 triliun. Emiten itu, kini, tengah melakukan uji kelayakan atas dua blok gas yang berada di dalam negeri.Sejauh ini manajemen PGAS belum membeberkan lokasi dan nilai akuisisi blok gas yang diincar. Namun, PGAS mengharapkan proses akuisisi bisa terwujud tahun ini.Raditya Christian Artono, analis Mandiri Sekuritas, menilai, langkah yang diambil PGAS sudah tepat. "Selama ini, kendala PGAS adalah masalah volume pasokan gas," kata Raditya.Namun mengingat ladang gas yang menjadi incaran berstatus green field, berarti PGAS belum bisa menikmati hasil produksi dari blok gas tersebut dalam waktu dekat. "Tergantung lokasi dan kondisi, bisa jadi butuh waktu tahunan untuk bisa beroperasi normal," kata Raditya.Arief Budiman, Analis Sucorinvest Central Gani, menambahkan, tahun ini PGAS masih bisa mengharapkan tambahan pasokan gas dari dua proyek terminal penampung liquefied natural gas (LNG) di Lampung dan Muara Karang, Jakarta Utara. Sumber LNG terminal tersebut adalah Mahakam PSC Bontang. Operator blok tersebut, sejauh ini, telah berkomitmen ke PGAS untuk menyediakan hingga 250 juta kaki kubik per hari (mmscfd). "Pengoperasian komersial diprediksi pada paruh kedua tahun ini," tutur Arief.Relatif kebal krisisPGAS juga berpeluang mendapat tambahan pasokan gas sebanyak 50 mmscfd dari kontrak baru dengan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), pada semester satu 2012. Gas itu berasal dari ladang Terang Sirasun Batur, Jawa Timur. Manajemen PGAS menargetkan, tambahan pasokan gas tahun ini sebanyak 85 mmscfd. Pada tahun 2011, volume penjualan gas mencapai 795 mmscfd, ini berarti PGAS ingin meningkatkan volume penjualan gas tahun 2012 menjadi 880 MMSCFD.Hitungan Raditya, dengan pasokan gas sebesar itu, PGAS baru bisa menyediakan sekitar 60%-70% dari volume gas yang dibutuhkan oleh industri. "Tantangan ke depan masih soal pemenuhan volume dan mempertahankan margin," kata Raditya. Nah, agar margin keuntungannya bisa terjaga, pengelola PGAS berniat menaikkan harga jual gas, dari US$ 6,8 per mmbtu, menjadi US$ 10,12 per mmbtu. Raditya menilai, kenaikan harga jual masuk akal, mengingat harga beli gas yang harus ditanggung PGAS sudah naik.Namun, secara umum, Raditya menilai, fundamental perusahaan tergolong baik. Ini berarti, prospek saham PGAS masih cerah. Di saat situasi bursa saham tidak positif, seperti saat ini, PGAS termasuk kelompok saham yang defensif, alias kebal terhadap ancaman krisis.Untuk itu, Raditya merekomendasikan beli dengan target harga Rp 4.900 per saham. Arief pun menyarankan beli PGAS dengan target harga Rp 4.500 per saham. Target harga milik Arief mencerminkan price earning ratio (PER) PGAS di akhir tahun 2012 sebesar 13,3 kali.Sedang Stevanus Juanda, analis JP Morgan, memberi status overweight untuk PGAS dengan target harga Rp 4.500 per saham. Estimasi Stevanus, PER PGAS per akhir 2012 sebesar 13,4 kali. Harga PGAS, Rabu (30/5) ditutup turun 1,32%, menjadi Rp 3.750 per saham.
Manajemen PGAS berupaya menambah pasokan gas
JAKARTA. Mencari pasokan gas baru merupakan misi utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Demi meningkatkan pasokan gas, tak tanggung-tanggung, PGAS berniat mengakuisisi blok gas.Untuk merealisasikan misi tersebut, pengelola PGAS menyiapkan dana sekitar Rp 5 triliun. Emiten itu, kini, tengah melakukan uji kelayakan atas dua blok gas yang berada di dalam negeri.Sejauh ini manajemen PGAS belum membeberkan lokasi dan nilai akuisisi blok gas yang diincar. Namun, PGAS mengharapkan proses akuisisi bisa terwujud tahun ini.Raditya Christian Artono, analis Mandiri Sekuritas, menilai, langkah yang diambil PGAS sudah tepat. "Selama ini, kendala PGAS adalah masalah volume pasokan gas," kata Raditya.Namun mengingat ladang gas yang menjadi incaran berstatus green field, berarti PGAS belum bisa menikmati hasil produksi dari blok gas tersebut dalam waktu dekat. "Tergantung lokasi dan kondisi, bisa jadi butuh waktu tahunan untuk bisa beroperasi normal," kata Raditya.Arief Budiman, Analis Sucorinvest Central Gani, menambahkan, tahun ini PGAS masih bisa mengharapkan tambahan pasokan gas dari dua proyek terminal penampung liquefied natural gas (LNG) di Lampung dan Muara Karang, Jakarta Utara. Sumber LNG terminal tersebut adalah Mahakam PSC Bontang. Operator blok tersebut, sejauh ini, telah berkomitmen ke PGAS untuk menyediakan hingga 250 juta kaki kubik per hari (mmscfd). "Pengoperasian komersial diprediksi pada paruh kedua tahun ini," tutur Arief.Relatif kebal krisisPGAS juga berpeluang mendapat tambahan pasokan gas sebanyak 50 mmscfd dari kontrak baru dengan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), pada semester satu 2012. Gas itu berasal dari ladang Terang Sirasun Batur, Jawa Timur. Manajemen PGAS menargetkan, tambahan pasokan gas tahun ini sebanyak 85 mmscfd. Pada tahun 2011, volume penjualan gas mencapai 795 mmscfd, ini berarti PGAS ingin meningkatkan volume penjualan gas tahun 2012 menjadi 880 MMSCFD.Hitungan Raditya, dengan pasokan gas sebesar itu, PGAS baru bisa menyediakan sekitar 60%-70% dari volume gas yang dibutuhkan oleh industri. "Tantangan ke depan masih soal pemenuhan volume dan mempertahankan margin," kata Raditya. Nah, agar margin keuntungannya bisa terjaga, pengelola PGAS berniat menaikkan harga jual gas, dari US$ 6,8 per mmbtu, menjadi US$ 10,12 per mmbtu. Raditya menilai, kenaikan harga jual masuk akal, mengingat harga beli gas yang harus ditanggung PGAS sudah naik.Namun, secara umum, Raditya menilai, fundamental perusahaan tergolong baik. Ini berarti, prospek saham PGAS masih cerah. Di saat situasi bursa saham tidak positif, seperti saat ini, PGAS termasuk kelompok saham yang defensif, alias kebal terhadap ancaman krisis.Untuk itu, Raditya merekomendasikan beli dengan target harga Rp 4.900 per saham. Arief pun menyarankan beli PGAS dengan target harga Rp 4.500 per saham. Target harga milik Arief mencerminkan price earning ratio (PER) PGAS di akhir tahun 2012 sebesar 13,3 kali.Sedang Stevanus Juanda, analis JP Morgan, memberi status overweight untuk PGAS dengan target harga Rp 4.500 per saham. Estimasi Stevanus, PER PGAS per akhir 2012 sebesar 13,4 kali. Harga PGAS, Rabu (30/5) ditutup turun 1,32%, menjadi Rp 3.750 per saham.