JAKARTA. Sejak awal tahun 2016, manajer investasi terus berburu Surat Berharga Negara (SBN). Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 24 Agustus 2016, kepemilikan reksadana di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 79,1 triliun. Angka tersebut melambung 28,4% dari posisi akhir tahun 2015 yang tercatat Rp 61,6 triliun. Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management berujar, penambahan akumulasi obligasi negara oleh manajer investasi dipicu kenaikan permintaan dari investor, terutama pada produk reksadana pendapatan tetap. Maklum, efek surat utang pada produk reksadana pendapatan tetap biasanya minimal 80%.
Manajer investasi banjiri SBN
JAKARTA. Sejak awal tahun 2016, manajer investasi terus berburu Surat Berharga Negara (SBN). Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 24 Agustus 2016, kepemilikan reksadana di SBN domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 79,1 triliun. Angka tersebut melambung 28,4% dari posisi akhir tahun 2015 yang tercatat Rp 61,6 triliun. Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management berujar, penambahan akumulasi obligasi negara oleh manajer investasi dipicu kenaikan permintaan dari investor, terutama pada produk reksadana pendapatan tetap. Maklum, efek surat utang pada produk reksadana pendapatan tetap biasanya minimal 80%.