Manajer investasi mengerek target dana kelolaan



JAKARTA. Minat investor berbelanja reksadana semakin tinggi. Indikasinya, sejumlah manajer investasi (MI) mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan yang pesat per akhir Juli 2012, bahkan melampaui estimasi dana kelolaan hingga akhir 2012. Beberapa MI pun mulai mengerek target dana kelolaannya.

Salah satu MI yang merevisi target dana kelolaannya adalah MNC Asset Management. Di akhir Juli lalu, dana kelolaan atau asset under management (AUM) MNC mencapai Rp 3,3 triliun, melonjak 120% dari posisi akhir Juni 2012 senilai Rp 1,5 triliun. Semula MNC menargetkan dana kelolaan Rp 3 triliun hingga akhir tahun ini. "Total sudah melebihi target, jadi kami upsize menjadi Rp 4,5 triliun hingga akhir tahun ini," ujar Fund Manager MNC Asset Management Akbar Syarif.

MNC akhir bulan lalu mencatatkan subscription berkisar Rp 400 miliar - Rp 500 miliar untuk produk reksadana pendapatan tetap. Sedangkan subscription di reksadana pasar uang mencapai Rp 800 miliar, reksadana saham Rp 100 miliar, dan reksadana campuran Rp 200 miliar. "Pencapaian dana kelolaan ini juga terdorong kondisi ekonomi yang masih baik," ujarnya.

Indo Premier Investment Management juga telah mencapai target dana kelolaan. Direktur Indo Premier Investment Management Diah Sofiyanti mengatakan, total AUM sudah mencapai Rp 1,06 triliun, sementara target akhir 2012 senilai Rp 1 triliun. Manajemen Indo Premier berharap bisa memperbesar pertumbuhan dana kelolaannya hingga akhir tahun nanti. "Kami belum pastikan berapa kenaikannya, namun akan dikejar terus sampai bisa melebihi target awal," kata dia.

Produk yang mendongkrak dana kelolaan Indo Premier adalah produk reksadana terbuka, seperti reksadana fixed income dan reksadana campuran. Pertumbuhan dana kelolaan juga terdorong dari produk exchange traded fund (ETF). Dalam waktu dekat, Indo Premier akan menerbitkan satu lagi produk ETF untuk menggaet investor institusi.

Meski sumbangan AUM dari ETF tak sebesar reksadana terbuka, Diah yakin, ETF akan diserbu investor karena produk ini di Indonesia masih terbatas, sementara prospeknya cukup besar.

Menurut dia, belakangan ini terjadi lonjakan minat investor terhadap produk-produk reksadana. Pasalnya, investor cenderung menilai produk reksadana merupakan investasi yang aman dengan imbal hasil menarik.

Investor institusi, seperti dana pensiun dan asuransi, terus menambah kepemilikannya di reksadana. Wajar saja, di saat kondisi ekonomi global belum jelas, produk reksadana masih bisa memberi return menarik. Misalnya, reksadana saham yang sepanjang Januari - Juli lalu mencatatkan return 6,61%. Sedangkan, reksadana campuran mencapai return 5,12%. "

Pemerintah juga tidak berhenti mengedukasi masyarakat sehingga produk reksadana laku," ujar Diah. Perekonomian Indonesia yang stabil dinilai menjadi faktor yang mendorong masyarakat menambah kepemilikan dananya di reksadana.

Sucorinvest Asset Management juga terus mendorong pertumbuhan dana kelolaan dengan menambah unit penyertaan (UP). Perusahaan ini menargetkan penambahan nasabah institusi. Sucorinvest akan menawarkan reksadana pendapatan tetap dengan aset dasar obligasi negara yang memang diminati investor institusi. Dari sasaran investor institusi, manajemen berharap bisa meraup tambahan dana kelolaan Rp 50 miliar - Rp 100 miliar. "Jadi target kami bisa jauh terlewati," kata Direktur Sucorinvest Asset Management Christian Hermawan. Saat ini Sucorinvest telah meraup dana kelolaan Rp 2,36 triliun, dari target Rp 2,4 triliun.

Mengacu ke data Bapepam-LK, total dana kelolaan hingga akhir Juli 2012 telah mencapai Rp 178,10 triliun, naik 6,34% dari posisi awal tahun senilai Rp 167,48 triliun. Jumlah unit penyertaan pun meningkat. Pada Januari 2012, jumlah UP sebanyak 98,83 miliar dan telah naik 8,24% menjadi 106,97 miliar pada 8 Agustus 2012. Hal ini menandakan, investor lebih banyak melakukan subscription daripada redemption.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro