KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajer Investasi (MI) menilai bahwa pembangunan
family office di Indonesia masih sulit meski terdapat potensi yang besar. Hal ini karena terdapat beberapa tantangan utama dalam pembangunannya. Asal tahu saja, pemerintah tengah mengkaji kebijakan
family office, dan nantinya akan melibatkan perusahaan-perusahaan manajer investasi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Family office sendiri merupakan entitas keuangan yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia dikhususkan untuk mengelola kekayaan individu atau keluarga dengan kekayaan sangat besar atau
high net worth individuals (HNWIs).
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi mengatakan, potensi
family office di Indonesia cukup besar, namun sejumlah tantangannya belum bisa dibenahi oleh pemerintah RI.
Baca Juga: Schroders Melirik Peluang Family Office di Indonesia Diantaranya seperti, minimnya regulasi khusus, infrastruktur keuangan yang belum memadai, hingga rendahnya dorongan untuk keluarga golongan
high-net-worth (HNW) untuk mengembangkan investasinya di Indonesia. “Selain itu, pengelolaan aset lintas negara memerlukan keahlian khusus di bidang hukum dan pajak, sementara Sumber Daya Manusia (SDM) kompeten di sektor ini masih terbatas,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (22/11). Berbeda dengan negara maju seperti Amerika Serikat atau Singapura, yang memiliki regulasi jelas dan insentif menarik, Reza menilai bahwa Indonesia masih berada di tahap awal pengembangan. “Meskipun demikian, The Wealth Report dari Knight Frank memprediksi terdapat potensi pertumbuhan keluarga
high-net-worth dan ultra-high-net-worth ke depannya, sehingga membuka peluang untuk family office,” imbuh Reza Sebagai Manajer Investasi, Reza menegaskan HPAM saat ini belum menyediakan jasa
family office. Namun, dia menuturkan bahwa pihaknya telah memiliki layanan serupa yaitu melalui
Wealth Management. “Di mana, terdapat
investment advisors yang handal dan berpengalaman yang terdedikasi untuk membantu segmen high-net-worth individuals untuk meningkatkan investasi mereka,” ujarnya. Sementara itu, Direktur Utama Surya Timur Alam Rayat Asset Management (STAR AM), Hanif Mantiq menilai alasan pembangunan
family office di Indonesia tidak sebaik di Singapura, karena
family office di Negeri Singa tersebut banyak dibantu oleh
private banking untuk investasinya. “Sedangkan f
amily office di Indonesia belum banyak investasinya yang dibantu oleh
private banking. Maka dari itu, Singapura lebih mudah mendapatkan
offshore produk seperti USD produk,” kata Hanif kepada Kontan.co.id, Jumat (22/11). Dengan demikian, Hanif mengatakan bahwa STAR AM hingga saat ini belum menyediakan jasa
family office. Namun, ia mengatakan jika nantinya pemerintah Indonesia sudah bisa membenahi pembangunan
family office seperti di Singapura, kemungkinan perusahaannya akan mengkaji dan mencoba untuk menyediakan jasa tersebut.
Baca Juga: Menko Luhut: Penyaluran Subsidi Tak Lewat Kementerian, Semua Bisa Digitalisasi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati