Manajer investasi tak gentar meski saham Bukalapak (BUKA) mentok auto rejection bawah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengalami dua kali auto rejection atas (ARA) pada dua hari pertama sejak initial public offering (IPO), saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) justru mengalami auto rejection bawah (ARB) dalam dua hari terakhir.

Teranyar, pada perdagangan Kamis (12/8), saham BUKA ambles 6,76% ke Rp 965 per saham. Kapitalisasi pasar BUKA pun kini sudah turun di bawah Rp 100 triliun, tepatnya Rp 99,45 triliun.

Walau begitu, investor institusi seperti Schroder Investment Management Indonesia mengklaim tidak khawatir dengan pergerakan harga saham BUKA belakangan ini. Adapun, Schroder merupakan salah satu manajemen investasi yang membeli saham BUKA saat perhelatan IPO.


“Kami masuk ke saham ini karena memang ingin berinvestasi untuk jangka panjang, bukan masuk untuk beli kemudian jual dalam jangka pendek,” tutur Presiden Direktur Schroder Michael Tjandra Tjoajadi kepada Kontan.co.id, Kamis (12/8).

Baca Juga: Saham Bukalapak (BUKA) masih diburu investor ritel dan institusi

Menurut dia, sektor e-commerce tidak lagi hanya sekadar adaptif dalam kondisi pandemi, tapi justru malah berkembang. Oleh karena itu, dia bilang pihaknya masih berinvestasi pada sektor ini seiring potensi bisnis mereka sebagai new economy.

Lebih lanjut, di balik volatilitas harga BUKA sejak IPO, Michael justru melihat hal ini membuat BUKA harus membuktikan kepada pasar dan investor bahwa ke depannya kinerja mereka justru akan tumbuh. Dia menilai, Bukalapak.com harus memperlihatkan mereka sebagai perusahaan yang masih akan terus eksis pada bisnisnya.

“Kami terbuka terhadap saham-saham sektor teknologi maupun bank digital, karena ke depannya memang arahnya ke sana. Tapi, tentu kami akan selektif dalam melakukan financial assessment, tidak hanya sebatas business plan, tapi juga bagaimana mereka menjalankan rencana tersebut,” tutup Michael.

Baca Juga: Manajer Investasi ramai-ramai menambahkan saham BUKA ke dalam portofolio reksadana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati