JAKARTA. Seperti yang kita tahu, hasil hitung cepat, beberapa lembaga survei ternama menempatkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang pemilihan umum presiden (pilpres) 2014. Hasil pilpres bakal mempengaruhi pergerakan pasar modal domestik. Bagaimana strategi manajer investasi memanfaatkan peluang ini?Senior Fund Manager BNI Asset Management, Hanif Mantiq mengatakan mereka telah memasang strategi portofolio agresif menjelang pengumuman pemenang pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pekan depan. Perubahan siginifikan yang dilakukan adalah memperbesar porsi efek saham di produk reksadana. “Untuk reksadana saham porsi efek saham sudah kami naikkan dari 85% menjadi 95% pasca pilpres kemarin,” ungkap Hanif.Sektor saham yang dipilih adalah perbankan, barang konsumsi dan konstruksi. Manajer investasi ini bergerak cepat untuk mengantisipasi kenaikan harga saham pasca pengumuman hasil pilpres dari KPU. Maklum, jika Jokowi-Jusuf Kalla yang menjadi idola pasar dinyatakan menang bakal terjadi capital inflow besar-besaran. Dengan demikian, nilai aset dasar reksadana ikut terkerek.Pasca pilpres, PT Bahana TCW Investment Management juga kian agresif memutar portofolio yakni dengan masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar. Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, strategi tersebut diterapkan saat pasar bearish. Dus, saham tersebut akan diuntungkan saat pasar naik pasca pengumuman pilpres nanti. "Kalau masuk setelah pengumuman KPU, maka sudah terlambat. Karena itu harus berani taking risk dan kami masuk saat pasar bearish," kata Budi.Ia yakin, Joko Widodo bakal memenangi pilpres. Nah, Jokowi cenderung disukai asing sehingga berpeluang terjadi capital inflow. "Kami masuk ke saham-saham perbankan, infrastruktur dan konsumer," imbuh Budi.Pasar obligasiPT Eastspring Investments Indonesia juga melihat peluang pasar modal pasca pilpres. Chief Investments Officer Eastpsring Investments, Ari Pitojo mengatakan, siapapun presiden terpilih, ada tiga hal yang wajib dikerjakan pemerintah baru nanti, yakni infrastruktur, pembangunan manusia dan jaminan kesehatan. Ari memandang emiten yang berkaitan dengan tiga sektor ini akan terbantu kinerjanya pada masa pemerintahan baru nanti. Dalam memilih saham yang dijadikan aset dasar, Eastspring akan mengandalkan riset.Selain saham, pasar obligasi juga semakin menarik. Di pasar obligasi, BNI Asset Management lebih memilih obligasi yang bertenor panjang sebagai aset dasar. Untuk obligasi korporasi, sebelum pilpres BNI Asset Management mengoleksi obligasi bertenor 3 hingga 5 tahun. Sedangkan pasca pilpres kemarin, obligasi korporasi yang dijadikan aset dasar bertenor 5 hingga 7 tahun. “Bahkan untuk obligasi pemerintah saat ini kami memilih yang minimal tenor 10 tahun,” ungkap Hanif.Sementara Bahana TCW lebih memilih obligasi korporasi yang memiliki likuiditas besar. Dalam melakukan seleksi, analisis credit risk juga dilakukan untuk menghindari risiko obligasi gagal bayar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Manajer investasi tambah porsi saham di reksadana
JAKARTA. Seperti yang kita tahu, hasil hitung cepat, beberapa lembaga survei ternama menempatkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang pemilihan umum presiden (pilpres) 2014. Hasil pilpres bakal mempengaruhi pergerakan pasar modal domestik. Bagaimana strategi manajer investasi memanfaatkan peluang ini?Senior Fund Manager BNI Asset Management, Hanif Mantiq mengatakan mereka telah memasang strategi portofolio agresif menjelang pengumuman pemenang pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pekan depan. Perubahan siginifikan yang dilakukan adalah memperbesar porsi efek saham di produk reksadana. “Untuk reksadana saham porsi efek saham sudah kami naikkan dari 85% menjadi 95% pasca pilpres kemarin,” ungkap Hanif.Sektor saham yang dipilih adalah perbankan, barang konsumsi dan konstruksi. Manajer investasi ini bergerak cepat untuk mengantisipasi kenaikan harga saham pasca pengumuman hasil pilpres dari KPU. Maklum, jika Jokowi-Jusuf Kalla yang menjadi idola pasar dinyatakan menang bakal terjadi capital inflow besar-besaran. Dengan demikian, nilai aset dasar reksadana ikut terkerek.Pasca pilpres, PT Bahana TCW Investment Management juga kian agresif memutar portofolio yakni dengan masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar. Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan, strategi tersebut diterapkan saat pasar bearish. Dus, saham tersebut akan diuntungkan saat pasar naik pasca pengumuman pilpres nanti. "Kalau masuk setelah pengumuman KPU, maka sudah terlambat. Karena itu harus berani taking risk dan kami masuk saat pasar bearish," kata Budi.Ia yakin, Joko Widodo bakal memenangi pilpres. Nah, Jokowi cenderung disukai asing sehingga berpeluang terjadi capital inflow. "Kami masuk ke saham-saham perbankan, infrastruktur dan konsumer," imbuh Budi.Pasar obligasiPT Eastspring Investments Indonesia juga melihat peluang pasar modal pasca pilpres. Chief Investments Officer Eastpsring Investments, Ari Pitojo mengatakan, siapapun presiden terpilih, ada tiga hal yang wajib dikerjakan pemerintah baru nanti, yakni infrastruktur, pembangunan manusia dan jaminan kesehatan. Ari memandang emiten yang berkaitan dengan tiga sektor ini akan terbantu kinerjanya pada masa pemerintahan baru nanti. Dalam memilih saham yang dijadikan aset dasar, Eastspring akan mengandalkan riset.Selain saham, pasar obligasi juga semakin menarik. Di pasar obligasi, BNI Asset Management lebih memilih obligasi yang bertenor panjang sebagai aset dasar. Untuk obligasi korporasi, sebelum pilpres BNI Asset Management mengoleksi obligasi bertenor 3 hingga 5 tahun. Sedangkan pasca pilpres kemarin, obligasi korporasi yang dijadikan aset dasar bertenor 5 hingga 7 tahun. “Bahkan untuk obligasi pemerintah saat ini kami memilih yang minimal tenor 10 tahun,” ungkap Hanif.Sementara Bahana TCW lebih memilih obligasi korporasi yang memiliki likuiditas besar. Dalam melakukan seleksi, analisis credit risk juga dilakukan untuk menghindari risiko obligasi gagal bayar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News