Mandek di bisnis mebel,maju di mainan edukatif (1)



Tertarik dengan dunia kewirausahaan sejak masih muda, membawa Ngadi Raharja menjadi pengusaha mainan edukasi anak yang sukses. Pria berusia 35 tahun ini memiliki workshop di dekat kediamannya di Trucuk, Klaten, Jawa Tengah.

Di bawah bendera usaha Abadi Toys, Ngadi tidak hanya menjual beragam mainan edukatif seperti puzzle, alat-alat motorik, rumah huruf dan angka, namun Ngadi juga memproduksi meja dan kursi untuk anak. Yang jelas, semua produk berasal dari kayu.

Ngadi memulai bisnis ini sejak 2010. Meski belum lama berdiri, pelanggan tetapnya sudah cukup banyak. Selain karena desain yang atraktif dan penuh warna cerah, dia juga menggunakan bahan baku cat non-toksik. Sehingga mainan edukatif buatannya aman bagi kesehatan.


Harga jual produknya cukup bervariasi, mulai dari yang paling murah sekitar Rp 25.000 per buah sampai Rp 1,2 juta per buah. Kini produk-produknya sudah terjual ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Padang, Balikpapan, dan Makassar.

Pangsa pasar Abadi Toys  adalah perorangan, toko mainan, sekolah TK, dan taman bermain. Dia juga biasa memasok produk ke beberapa toko ritel besar seperti Centro, Sogo, dan Metro Department Store.

Produk mainan anak buatannya pun sudah menembus ekspor. Pada November 2013 dia sempat mengirim pesanan mainan anak ke Jepang. Permintaan ekspor tersebut dia raih ketika mengikuti pameran kerajinan dari Kementerian Perdagangan.  

Dalam seminggu, Abadi Toys ini bisa menjual lebih dari 100 buah mainan anak. Dalam sehari, rata-rata dia bisa memproduksi lebih dari 200 produk mainan berukuran kecil. Untuk kegiatan produksi, Ngadi dibantu oleh tujuh karyawan yang juga adalah tetangga di dekat rumahnya. Saat ini, Ngadi mampu mengantongi omzet sebesar Rp 6 juta per hari atau sekitar Rp 180 juta per bulan. "Laba bersih usaha ini sekitar 25%," kata dia.

Ngadi memang sudah tidak asing dengan bisnis yang berhubungan dengan bahan baku kayu. Sebelum terjun membangun bisnis mainan edukasi anak, Ngadi pernah berbisnis mebel dengan rekannya. Dia menjual berbagai perabotan rumah-tangga dari kayu pada 2008.

Namun, usaha yang dia jalankan tidak terlalu berkembang. Ngadi sampai mengalami kesulitan keuangan. Apalagi waktu itu krisis ekonomi melanda dunia di 2008. Dia pun kesulitan mendapatkan pesanan dari luar negeri.

Alhasil bahan baku kayu tertumpuk dan terbengkalai. "Dari situlah tercetus ide untuk menggunakan bahan baku kayu yang tidak terpakai untuk dibuat menjadi mainan edukatif anak," kata Ngadi.                  n(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini