Mandiri dan BCA bersih-bersih kartu kredit macet



JAKARTA. Perlambatan ekonomi turut menjangkiti kredit konsumsi.  Momok menakutkan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL)  sudah menjalar ke baki kredit menggunakan kartu.

Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai kredit seret kartu kredit naik Rp 208 miliar dalam tempo dua bulan. Per Februari 2015, NPL kartu kredit mencapai Rp 1,4 triliun atau 2,18% dari total kucuran kartu kredit. Angka ini menanjak naik menjadi dari posisi NPL 1,9% atau setara Rp 1,2 triliun di Desember 2014.

Tren naik NPL kartu gesek turut dialami Bank Mandiri. Hingga Maret 2015, NPL kartu kredit Mandiri di kisaran level 3%.


"Faktornya karena kondisi dinamika keadaan ekonomi dan ekspansi yang kami lakukan," ucap Boyke Yurista, SVP Consumer Cards Group Bank Mandiri kepada KONTAN, Senin (11/5).

Di tengah perlambatan ekonomi, Bank Mandiri menggenjot transaksi harian yang bersifat kebutuhan, seperti transaksi di supermarket. Ini dilakukan untuk memperkecil potensi NPL. "Kami juga akan memperketat proses akuisisi nasabah dan meningkatkan penagihan," imbuh Boyke.

Hingga akhir tahun, Bank Mandiri berharap NPL kartu kredit di bawah angka industri. Per Maret 2015, Bank Mandiri memiliki 3,7 juta kartu kredit beredar dengan volume transaksi Rp 2,3 triliun per bulan.

Sementara, Santoso, Head of Consumer Cards Bank Central Asia (BCA) mengakui, perlambatan ekonomi mulai berpengaruh terhadap kualitas portofolio kartu kredit. NPL kartu kredit BCA di kuartal I sebesar 1,6%.

"Tapi perlambatan ekonomi tidak ekstrem sehingga transaksi pembayaran tidak terganggu. Market BCA juga banyak kelas menengah atas, maka peningkatan NPL tidak akan signifikan," ujar Santoso.

Saat ini, BCA mencermati segmen kartu kredit yang sering digunakan sebagai alat transaksi ke luar negeri. Segmen ini dinilai berpotensi macet karena kurs nilai tukar yang bergejolak. Tapi, BCA optimistis jumlah kartu tumbuh 5%. Sementara volume transaksi naik 18%-20% hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie