JAKARTA. Kelompok Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) harus terus bersabar. Pasalnya, rencana interkoneksi layanan uang elektronik alias electronic money (e-money) di jalan bebas hambatan (tol) belum juga terwujud. Padahal, keinginan tersebut sudah terlontarkan sejak pertengahan tahun 2013. Rico Usthavia Frans, Senior Executive Vice President Transactional Banking Bank Mandiri menjanjikan, pihaknya akan membuka e-toll untuk BRI dan BNI pada bulan Agustus 2014, atau tiga bulan setelah uang elektronik Bank Mandiri terkoneksi pada jaringan transportasi kereta api atau KAI Commuterline Jabodetabek (KJC). Alasan terlambatnya realisasi interkoneksi pada e-toll ini, karena perlu ada pembahasan kesepakatan bisnis. Misalnya, nilai investasi, pungutan atau fee, serta renovasi platform agar dapat digunakan untuk bank lain, selain Bank Mandiri. "Tahap awal kami membuka untuk bank Himbara, kemudian swasta atau perusahaan telekomunikasi," katanya kepada KONTAN, Senin (28/4). Sayangnya, ia enggan menyampaikan kesepakatan nilai bisnis pada e-toll untuk bank lain. Tapi, asal tahu saja, Mandiri mengeluarkan dana investasi sekitar Rp 40 miliar-Rp 50 miliar per tahun. Investasi itu untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi informasi, seperti pendirian GTO dan alat pembaca kartu. Bank Mandiri mencatat, penerbitkan uang elektronik mencapai 3,5 juta per Maret 2014 dengan volume transaksi mencapai Rp 160 miliar per bulan dan volume 10 juta per bulan.
Mandiri kembangkan layanan interkoneksi e-toll
JAKARTA. Kelompok Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) harus terus bersabar. Pasalnya, rencana interkoneksi layanan uang elektronik alias electronic money (e-money) di jalan bebas hambatan (tol) belum juga terwujud. Padahal, keinginan tersebut sudah terlontarkan sejak pertengahan tahun 2013. Rico Usthavia Frans, Senior Executive Vice President Transactional Banking Bank Mandiri menjanjikan, pihaknya akan membuka e-toll untuk BRI dan BNI pada bulan Agustus 2014, atau tiga bulan setelah uang elektronik Bank Mandiri terkoneksi pada jaringan transportasi kereta api atau KAI Commuterline Jabodetabek (KJC). Alasan terlambatnya realisasi interkoneksi pada e-toll ini, karena perlu ada pembahasan kesepakatan bisnis. Misalnya, nilai investasi, pungutan atau fee, serta renovasi platform agar dapat digunakan untuk bank lain, selain Bank Mandiri. "Tahap awal kami membuka untuk bank Himbara, kemudian swasta atau perusahaan telekomunikasi," katanya kepada KONTAN, Senin (28/4). Sayangnya, ia enggan menyampaikan kesepakatan nilai bisnis pada e-toll untuk bank lain. Tapi, asal tahu saja, Mandiri mengeluarkan dana investasi sekitar Rp 40 miliar-Rp 50 miliar per tahun. Investasi itu untuk pengembangan infrastruktur dan teknologi informasi, seperti pendirian GTO dan alat pembaca kartu. Bank Mandiri mencatat, penerbitkan uang elektronik mencapai 3,5 juta per Maret 2014 dengan volume transaksi mencapai Rp 160 miliar per bulan dan volume 10 juta per bulan.