Mandiri Manajemen Investasi bidik dana kelolaan Rp 73 triliun pada 2021



KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) berhasil catatkan raihan kinerja yang mentereng pada 2020 lalu.

Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi, Alvin Pattisahusiwa, mengatakan, pada akhir 2020, MMI berhasil mengumpulkan dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) reksadana mencapai Rp 49,3 triliun. 

Sementara jika dijumlahkan dengan dana kelolaan reksadana penyertaan terbatas, produk investasi alternatif, pengelolaan dana nasabah individu, serta AUM dari Mandiri Investment Management Singapore (MIMS), keseluruhan AUM MMI mencapai Rp 67,6 triliun pada akhir 2020.


"Kami mengalami pertumbuhan AUM, kami juga naikkan laba perusahaan lebih dari 50%. Fokuskan penjualan produk dengan margin yang lebih tinggi. Produk-produk nilah yang berkontribusi dari sisi revenue maupun laba," ujar Alvin dalam virtual media gathering pada Rabu (10/3). 

“Selain alami pertumbuhan AUM, kami juga berhasil meningkatkan laba perusahaan lebih dari 50% secara yoy. Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi kami untuk fokus menjual produk dengan margin yang lebih tinggi. Produk-produk inilah yang pada akhirnya berkontribusi dari sisi pendapatan maupun laba MMI,” tambah.

Baca Juga: Simak deretan saham pilihan Mirae Asset Sekuritas untuk bulan ini

Pada acara yang sama, Direktur Mandiri Manajemen Investasi, Endang Astharanti menambahkan, reksadana pasar uang merupakan faktor utama yang menopang pertumbuhan AUM MMI pada tahun lalu. Menurutnya, kondisi ini tidak terlepas dari adanya pandemi Covid-19 yang memicu pasar menjadi risk-off dan beralih ke aset yang lebih konservatif, salah satunya adalah reksadana pasar uang.

Bahkan, Endang mengatakan, pertumbuhan AUM reksadana pasar uang milik MMI pada tahun lalu mencapai di atas 50%. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibanding kenaikan reksadana pasar uang secara industri, yang kenaikannya sekitar 36%.

“Selain reksadana pasar uang, kelas aset lain yang naik cukup signifikan adalah reksadana saham yang berbasis offshore. Ini didorong oleh market global yang memang rally pada paruh kedua tahun lalu sehingga membuat investor mendiversifikasi portofolio mereka ke reksadana saham offshore,” tambah Endang.

Menyambut tahun ini, Endang melihat reksadana pasar uang masih akan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi, walau tidak akan sesignifikan tahun lalu. Menurutnya, investor pada tahun ini sudah mulai kembali ke aset berisiko seiring kondisi ekonomi yang mulai pulih kembali.

Ia memperkirakan, reksadana berbasis saham, khususnya yang offshore akan mendorong pertumbuhan AUM di tahun ini. Hal ini tercermin dari adanya aksi subscription pada reksadana saham offshore pada awal tahun ini. Sementara untuk pendapatan tetap, menurutnya pertumbuhan AUM-nya tidak akan setinggi yang berbasis saham.

Baca Juga: Mandiri Sekuritas rekomendasikan beli saham HMSP

Alvin menambahkan, tahun ini  industri reksadana juga masih akan melanjutkan pertumbuhan. Proyeksinya, dengan outlook pertumbuhan ekonomi dan pasar saham yang positif, ia memperkirakan industri ini masih kembali tumbuh sekitar 15-20%.

“Faktor-faktornya akan ditopang oleh pemulihan reksadana saham, tren suku bunga rendah, dan yield obligasi kemungkinan masih akan tetap rendah sehingga pasar obligasi juga masih positif. Dengan, likuiditas yang masih tinggi, ini juga akan dorong reksadana pasar uang di tahun ini,” terang Alvin.

Terkait rencana peluncuran produk reksadana baru pada tahun ini, Alvin mengaku pihaknya saat ini lebih fokus untuk tumbuh secara kualitas pada existing produk ketimbang banyak-banyakan produk. Salah satu produk yang jelas akan diluncurkan adalah reksadana terproteksi untuk menggantikan produk yang sudah mature.

Meski begitu, ia memastikan penerbitan reksadana terproteksi yang baru mungkin jumlahnya justru lebih sedikit ketimbang produk yang sudah mature. MMI akan lebih selektif dalam memilih underlying, sehingga produk reksadana terproteksi pun tidak akan banyak.

“Kami juga ada rencana untuk luncurkan produk reksadana saham indeks. Lalu, untuk investasi alternatif, kami akan ada terbitkan DINFRA lanjutan dari produk yang sebelumnya,” tambah Alvin.

Baca Juga: Cadangan devisa Februari tertinggi sepanjang sejarah, begini pandangan ekonom

Pada tahun ini, Alvin juga berharap Mandiri Manajemen Investasi  bisa menyambut bangkitnya investor retail belakangan ini.  Dia mencontohkan, MMI memiliki produk reksadana yang memiliki fitur pencairan di hari yang sama (same-day settlement atau ‘T+0’) yang dikenal dengan nama Reksa Dana Mandiri Investa Pasar Uang 2 (MIPU2). 

Alvin bilang, reksadana MIPU 2 sesuai dengan karakter investor retail yang ingin memulai investasi dengan produk yang paling konservatif atau risiko sangat rendah, likuid dan dengan nominal hanya Rp 10.000.

“Kami juga memiliki produk reksadana yang yang telah di-revamp dengan tema global disruption yaitu Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED) yang berinvestasi pada portofolio efek syariah luar negeri termasuk berinvestasi pada saham-saham teknologi di level global” ujar Alvin.

Pada tahun ini, Alvin menargetkan dana kelolaan Mandiri Manajemen Investasi  dapat mencapai Rp 73 triliun pada akhir tahun nanti dan MMI tetap mampu menjadi salah satu market leader di pasar reksadana nasional.

Selanjutnya: BCA Life mencatatkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli