Mandiri Sekuritas pesimistis capai target 2017



KONTAN.CO.ID - MALANG.  Kondisi market yang kurang kondusif, membuat PT Mandiri Sekuritas pesimistis dapat mencapai target yang dipatok perusahaan. Menurut Direktur Mandiri Sekuritas Heru Handayanto, pendapatan perusahaan hingga kuartal tiga baru mencapai Rp 2,9 triliun. Jumlah tersebut baru mencapai sekitar 72% dari total target perusahaan saat ini. 

"Kalau dilihat kan memang karena marketnya. Dari semua indikator, kami memang menjadi leader di industri. Tapi memang marketnya sendiri yang tidak sebagus tahun lalu. Jadi targetnya memang tidak achieve untuk tahun ini," urainya saat ditemui di sela-sela acara Media Gathering 2017 di Malang,  Jawa Timur.  

Kendati demikian, Mandiri Sekuritas optimistis kinerja perusahaan akan lebih baik pada tahun depan. Sayang, dia enggan merinci berapa taget pertumbuhan yang ingin dicapai perusahaan. "Pemegang saham tentu mintanya besar. Tapi berdasarkan data dari tim riset, tentu angkanya tidak jauh-jauh dari angka 12%. Tapi angka pastinya juga belum, karena baru akan dibahas Selasa depan (14/11) dengan komisaris dan pemegang saham,"  paparnya. 


Heru juga menguraikan, ada beberapa penyebab mengapa perusahaan sulit mencapai target tahun ini. Pertama, karena kondisi market tahun ini tidak sebagus tahun lalu. "Jika dilihat, IPO juga tidak sebanyak tahun lalu, obligasi meski banyak tapi ada perang fee sehingga nilainya sangat kecil untuk satu penerbitan obligasi," sebutnya.  

Kedua, dari sisi Mandiri Sekuritas juga ada investasi anak usaha yang berkedudukan di Singapura yang baru dimulai tahun ini. Heru menjabarkan, anak usaha di luar negeri ini baru beroperasi pada Maret. "Sementara, rekrutmen, gedung, dan operasional lain sudah jalan, sedangkan revenuenya baru mulai. Jadi kalau kita lihat Singapura, laporan keuangannya masih negatif. Walaupun dalam dua bulan terakhir udah untung, tapi dari Maret sampai September masih loss," papar Heru. 

Mandiri Sekuritas menargetkan, tahun depan, anak usaha di Singapura ini akan menjadi backbone karena fee di negara tersebut masih besar. "Dengan anak usaha Singapura yang sudah full capacity tahun depan, maka hal itu akan menjadi backbone sebagai generator pendapatan baru yang masih besar karena fee-nya juga besar. Kalau di lokal kan perang fee-nya semakin ketat,"  paparnya.  

Informasi saja, kontribusi anak usaha di Singapura untuk revenue Mandiri Sekuritas saat ini masih sekitar 15%. Ke depannya, lanjut Heru, kontribusinya akan digenjot menjadi 25%.

Selain akan mengandalkan anak usahanya di Negeri Merlion, Mandiri Sekuritas juga akan mengandalkan sinergi dengan Grup Mandiri yang kontribusinya masih kurang optimal. Menurut Heru, hingga kini memang ada beberapa inisiatif dengan Grup Mandiri. "Misalnya dimulai dengan corporate banking, nanti dari situ akan timbul bisnis baru atau peluang baru,"  ungkapnya. 

Untuk tahun depan, Mandiri Sekuritas sudah mengantongi tiga mandat IPO dan berharap mengantongi tiga prospek IPO di semester pertama. "Tahun ini juga sebenarnya banyak yang akan IPO. Tapi beberapa mundur, karena market yang tidak kondusif. Kalau kita bicara IPO itu kan pasti backbonenya adalah investor korporasi dan sebagian besar asing. Kita kan tidak main yang kecil-kecil, yang nilainya Rp 200-300 miliar itu bukan investor kita lah.  Nah itu kan biasanya asing dan korporat besar. Tahun ini kan asing banyak yang keluar. Makanya, perusahaan yang ingin IPO akhirnya mundur ke 2018," jelasnya.

Jika ternyata kondisi market belum berubah di tahun depan, Mandiri Sekuritas tetap akan fokus pada dua hal. Yang pertama, anak usaha Singapura akan menjadi backbone utama, dan kebetulan sudah mendapatkan beberapa mandat dari perusahaan global. Kedua, perusahaan juga akan optimalkan sinergi dengan Grup Mandiri.  

Heru menjelaskan, kontribusi Grup Mandiri terhadap revenue perusahaan masih terbilang kecil, sekitar 30%. "Dua hal ini yang akan kita genjot,"  jelasnya.  

Di sisi lain, Mandiri Sekuritas juga ingin membesarkan bisnis ritel. Terkait hal tersebut, perusahaan akan mengembangkan teknologi dan menggenjot online trading. Sedangkan dari sisi pembiayaan, Heru mengakui, saat ini marginnya terbilang kecil untuk ukuran Mandiri Sekuritas. "Rata-rata pembiayaan untuk transaksi equity kami sekitar Rp 40 miliaran dibanding market yang mencapai Rp 2 triliun hingga Rp 3 triliun. Harusnya Mandiri Sekuritas bisa lebih dari itu.  Ritel itu biasanya harus ditopang dengan fasilitas margin. Dalam dua tahun terakhir,  Mandiri Sekuritas kurang aktif. Nah itu jadi tambahan revenue yang bisa perusahaan dorong," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati