KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menaikkan tarif cukai hasil tembakau atau cukai rokok dengan rata-rata kenaikan 12,5% pada Februari 2021 silam. Mandiri Sekuritas dalam informasi kepada para investor menjelaskan permintaan rokok pada Februari 2021 dibandingkan bulan sebelumnya cukup stabil, dengan menggunakan sample di area Jawa Barat. "Pedagang grosir di Jawa Barat melihat volume penjualan relatif stabil bulan lalu di tengah pembatasan mobilitas yang semakin ketat di Jawa dan Bali," tulis manajemen Mandiri Sekuritas seperti dikutip Kontan.co.id, Kamis (4/3).
Di tengah kondisi tersebut, PT H M Sampoerna Tbk (
HMSP) meluncurkan varian Sigaret Kretek Mesin Low Tar Low Nicotine (SKM-LTLN) Marlboro Advance di 36 kota pada 27 Februari 2020 dengan harga eceran Rp 17.500 untuk isi 12 atau Rp 1.500 per batang.
Baca Juga: Volume penjualan turun, berikut strategi HM Sampoerna (HMSP) di tahun 2021 Dengan kandungan tar / nikotin 13mg / 1.3mg, Marlboro Advance mirip dengan A Mild, Surya PRO Mild, Dunhill Mild, dan Camel Mild. Mandiri Sekuritas menilai, dengan harga ini Marlboro Advance memposisikan diri sebagai produk LTLN premium di antara rokok sekelas lainnya dan diprediksi menjadi produk yang menguntungkan SKM HMSP. "Kami memperkirakan margin pendapatan bersih Marlboro Advance sebesar 15%, dibandingkan dengan A Mild 16 22% dan Magnum Mild 16 sebesar 18%, tidak termasuk potensi biaya royalti di bawah merek Marlboro," jelasnya. Peluncuran produk ini dinilai menjadi bagian dari upaya HMSP untuk mengubah penawaran produk tar rendahnya, mengingat pangsa pasar SKM HMSP telah turun 23% pada kuartal I-2018 menjadi 18,1% pada kuartal III-2020. Namun, langkah tersebut juga mencerminkan strategi meningkatkan kehadiran merek Philip Morris yang membayar royalti. Adapun biaya royalti sejak kuartal I-2017 hingga kuartal I-2020 telah meningkat menjadi 0,1% menjadi 0,4% untuk merek di bawah Philip Morris International yaitu Marlboro Filter Black, PM Bold dan PM Magnum.
Baca Juga: Volume penjualan rokok turun 10,3%, analis Mirae: Hold saham HMSP Dari segi valuasi sahamnya, Mandiri Sekuritas menilai saham HMSP sebenarnya terhitung mahal dengan adanya laba per saham (earning per share/EPS) yang terpangkas. Namun apabila EPS membaik maka risiko valuasi mahal ini akan ikut terpangkas. Mandiri Sekuritas memprediksi dengan tidak ada penyesuaian harga jual eceran (HJE) maka perbaikan EPS baru akan terlihat di semester II-2021. Dus, Mandiri Sekuritas merekomendasikan beli saham HMSP dengan target harga Rp 1.800. Sementara itu CIMB Sekuritas memprediksi HMSP masih memiliki neraca yang kuat untuk membayar dividen buku 2020 sebesar Rp 120 per lembar atau setara dividen yield 8%. Di mana pada tahun buku 2019 HMSP membayarkan dividen Rp 119,8 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto