Mandiri Sekuritas: Tax shortfall 2017 Rp 160 T



KONTAN.CO.ID - MALANG. PT Mandiri Sekuritas menilai, kondisi terburuk yang dialami perekonomian Indonesia saat ini sudah lewat. Hanya saja, tren kenaikan ekonomi terbilang masih gradual alias bertahap.

"Seperti yang diketahui, Produk Domestik Bruto (PDB) terakhir Indonesia di kuartal tiga berada di level 5,06%. Data ini memang meningkat dibandingkan kuartal dua, tapi berada di bawah konsensus market yang dipatok 5,2% kurang lebih. Kenaikan PDB memang lebih lambat dari yang kami prediksi. Tapi yang menarik menurut saya adalah komposisinya," papar Leo Rinaldy, Chief Economist Mandiri Sekuritas ketika ditemui dalam acara Media Gathering Mandiri Sekuritas di Malang, Jawa Timur, Jumat (11/11).

Leo menguraikan lebih jauh, pertumbuhan PDB kuartal tiga jika dilihat dari sisi tren konsumsi pribadi (private consumption) sejak kuartal tiga tahun lalu hingga kuartal tiga tahun ini masih melambat. Tetapi, lanjutnya, ada sisi positif dari hal ini yaitu dari investasi. Data yang dihimpun Mandiri Sekuritas menunjukkan, tingkat investasi di tahun 2017 mencatatkan tren peningkatan.


"Data yang kami himpun, di kuartal tiga, investment berada di 7,1% yoy. Ini merupakan angka tertinggi sejak Q2 2013. Jadi ini merupakan laju investasi yang cukup ramai karena di level 7%," paparnya.    

Yang menarik pula adalah pengeluaran pemerintah (government expenditure) mulai tumbuh 3,5% di kuartal tiga, setelah mengalami kontraksi di kuartal dua. "Informasi saja, yang dimaksud pengeluaran pemerintah di PDB dalam anggaran itu hanya mengakomodasi personal, material, sama social spending. Sedangkan kalau kita lihat dari sisi pengeluaran pemerintah, yang masuk government expenditure itu social spending sama material expenditure," jelasnya.

Leo juga melihat, tren pertumbuhan dari sisi capital expenditure terbilang stabil. Bahkan, pengeluaran sosial di 2017 dibanding 2016 mengalami perbaikan yang cukup besar. Ini menjadi alasan mengapa pengeluaran pemerintah di kuartal tiga terlihat naik. "Bisa kita lihat dari penyaluran subsidi yang trennya lebih baik dari tahun lalu," imbuhnya.

Mandiri Sekuritas memprediksi, akan terjadi penurunan pendapatan dari pajak (tax shortfall) di akhir tahun ini. Berdasarkan data dari Departemen Keuangan, pendapatan pajak sampai bulan Septemper itu minus 2%. Meski demikian, tax revenue di awal November sudah membaik. Jika diakumulasikan, tax revenue dalam sepuluh bulan tahun ini membaik dengan pertumbuhan 0%.

"Nah, kita juga harus melihat angka ini secara proporsional. Dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan pajak kita banyak yang sifatnya non cyclus event, misalnya karena ada amnesti pajak. Jika kita mau lihat apa sih alasan tiba-tiba tax revenue dari sebelumnya tumbuh 9% dalam akumulasi delapan bulan 2017, menjadi minus 2% di sembilan bulan 2017, hal itu karena high base. Kuartal tiga tahun lalu, itu ada penerimaan tax amnesty kurang lebih Rp 100 triliun. Jadi kalau kita hitung yoy, wajar jika tiba-tiba negatif," urainya.

Sebagai gambaran saja, kalau perhitungan pendapatan pajak tidak memasukkan tax amnesty, maka sebenarnya penerimaan pajak masih mencatatkan pertumbuhan 6,6% sampai September 2017.

Lalu, seberapa besar tax revenue shortfall tahun ini? Leo memprediksi, jika terjadi shortfall di akhir tahun nanti, maka nilainya akan lebih rendah dibanding dua tahun terakhir. "Hitung-hitungan kami, jika terjadi tax revenue shortfall, nilainya tahun ini berkisar Rp 160-180 triliun, lebih rendah dari dua tahun terakhir," katanya.

Selain itu, dia meramal, Bank Indonesia (BI) tidak akan memotong suku bunga acuan sampai akhir 2018 walaupun pertumbuhan tidak setinggi yang diperkirakan

Outlook 2018

Untuk outlook perekonomian tahun depan, Mandiri Sekuritas melihat, pertumbuhan ekonomi akan berada di level 5,3%, tingkat inflasi di level 3,6%, dan current account deficit di -2,2%.

"Yang menarik, pemerintah sekarang melakukan inovasi. Skema untuk mendukung daya beli diubah dari subsidi ke yang sifatnya bantuan sosial. Jadi subsidi itu turun dibanding 2017 dalam anggaran 2018. Tapi hal ini bukan berati pemerintah tidak mendorong daya beli, melainkan mereka alihkan ke anggaran sosial. jadi sekarang kontrolnya ada di kementerian/lembaga," kata Leo.

Leo melihat ada risiko penurunan yang berasal dari sisi domestik pada tahun depan. Pertama, risiko fiskal di mana pertumbuhan pendapatan pajak di bawah 9% yoy. Kedua, permintaan domestik terus melemah. Ketiga, ketidakpastian politik.

Sedangkan penurunan risiko dari sisi eksternal antara lain: skenario hard landing China jika pertumbuhannya di bawah 6%, suku bunga acuan the Fed yang lebih tinggi dari antisipasi market, dan penurunan tajam harga komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie