JAKARTA. Mandiri Sekuritas dalam risetnya, (30/7), menilai jika sektor batubara masih ada dalam level underweight. Predikat ini belum akan berubah selama China masih melakukan cuci gudang batubaranya.Catatan saja, saat ini China sedang mengikat pinggang permintaan batubaranya. Hal ini akan membuat persediaan di negara itu masih berlimpah yang menekan harga domestik. Kondisi itu tercermin dari penurunan harga jual oleh China Shenhua dan China Coal sebesar 8%-10% antar kuartal (quarter on quarter/QoQ) sepanjang triwulan kedua tahun ini. Pemerintah China juga sedang mengetatkan kebijakan kredit guna menekan pinjaman tak lancar (non-performing loan/NPL) sehingga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek. "Meskipun ada peningkatan permintaan dari India pada kuartal II/2013, kami menilai hal itu hanya musiman guna mengantisipasi suplai domesik yang berpotensi terganggu kala musim hujan," jelas tim analis Mandiri Sekuritas. Ada beberapa hal lain yang mendasari penilaian ini. Pertama adalah kondisi harga saham emiten batubara saat ini. Yang kedua, kondisi yang sudah seperti ini justru memperoleh respon lambat dari para pemain-pemain besar. "Jadi, masa konsolidasi bisa saja terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama," tulis manajemen.Atas dasar hal-hal seperti itu juga Mansek memprediksi jika rilis kinerja kuartal II 2013 emiten batubara lokal masih mengecewakan. Apalagi harga acuan barubara global masih pada level US$90-US$95 per ton. Harga itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga spot saat ini sebesar US$70—US$80 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Mandiri Sekuritas:Pasar batubara masih underweight
JAKARTA. Mandiri Sekuritas dalam risetnya, (30/7), menilai jika sektor batubara masih ada dalam level underweight. Predikat ini belum akan berubah selama China masih melakukan cuci gudang batubaranya.Catatan saja, saat ini China sedang mengikat pinggang permintaan batubaranya. Hal ini akan membuat persediaan di negara itu masih berlimpah yang menekan harga domestik. Kondisi itu tercermin dari penurunan harga jual oleh China Shenhua dan China Coal sebesar 8%-10% antar kuartal (quarter on quarter/QoQ) sepanjang triwulan kedua tahun ini. Pemerintah China juga sedang mengetatkan kebijakan kredit guna menekan pinjaman tak lancar (non-performing loan/NPL) sehingga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek. "Meskipun ada peningkatan permintaan dari India pada kuartal II/2013, kami menilai hal itu hanya musiman guna mengantisipasi suplai domesik yang berpotensi terganggu kala musim hujan," jelas tim analis Mandiri Sekuritas. Ada beberapa hal lain yang mendasari penilaian ini. Pertama adalah kondisi harga saham emiten batubara saat ini. Yang kedua, kondisi yang sudah seperti ini justru memperoleh respon lambat dari para pemain-pemain besar. "Jadi, masa konsolidasi bisa saja terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama," tulis manajemen.Atas dasar hal-hal seperti itu juga Mansek memprediksi jika rilis kinerja kuartal II 2013 emiten batubara lokal masih mengecewakan. Apalagi harga acuan barubara global masih pada level US$90-US$95 per ton. Harga itu masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga spot saat ini sebesar US$70—US$80 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News