KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya Bank Indonesia (BI) memasarkan kerangka penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi dengan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) terlihat berbuah manis. Pasalnya, porsi transaksi LCS terhadap perdagangan terus meningkat selama ini. Saat ini, BI sudah menjalin kerja sama LCS dengan negara Thailand, Malaysia, Jepang, dan sedang dalam proses finalisasi dengan negara China. Peningkatan porsi transaksi LCS terhadap perdagangan, terutama, terlihat di negara Malaysia dan negara Jepang. Sehingga, BI pun melakukan penguatan kerja sama terhadap kedua negara ini.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyambut positif adanya penggunaan mata uang lokal terhadap transaksi perdagangan. Menurutnya, ini membawa keuntungan bagi para pelaku usaha dan memberi angin segar terhadap prospek nilai tukar rupiah. Baca Juga: BI: Perkembangan transaksi LCS dengan Malaysia dan Jepang terus naik “Kalau kepada eksportir dan importir, ini akan mengurangi biaya transaksi karena bisa menyelesaikan perdagangan dengan rupiah dan dengan ringgit atau yen tanpa harus menukar dulu ke dolar AS. Jadi ini bisa mengurangi dampak volatilitas dolar AS,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Jumat (6/8). Riefky juga mengatakan skema ini meningkatkan efisiensi transaksi perdagangan, karena dengan biaya yang turun, maka margin transaksi turun, sehingga ada potensi peningkatan volume perdagangan. Meski memang tidak signifikan.