KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko berinvestasi Indonesia perlahan kembali meningkat setelah level
credit default swap (CDS) atau persepsi risiko investasi bergerak naik. Padahal, sebelumnya CDS Indonesia sempat berada di level terendahnya sebelum perlahan naik. Merujuk Bloomberg, level CDS Indonesia tenor 10 tahun pada Kamis (19/11) berada di level 140,84. Padahal pada Rabu (11/11) level tersebut sempat berada di 133,44 atau merupakan level terendahnya. Sementara CDS Indonesia tenor 5 tahun juga punya pola yang serupa, sempat berada di level terendahnya pada Selasa (10/11) di 72,39. Namun pada Kamis (19/11) sudah naik ke level 79,20.
Head Fixed Income Trimegah Sekuritas Asset Management Darma Yudha mengungkapkan, penyebab rendahnya CDS Indonesia pekan lalu adalah sentimen optimisme pasar. Pada saat itu, sentimen
risk-on menguat di pasar seiring perkembangan vaksin yang sudah berhasil teruji klinis hingga 90%. “Kabar vaksin ini menjadi titik terang mengenai penanganan pandemi, sehingga investor global pun mengalirkan dana mereka ke
emerging markets seiring optimisme tersebut. Pada akhirnya, risiko pun menurun sehingga CDS Indonesia pun ikut bergerak turun,” kata Yudha kepada Kontan.co.id, Jumat (20/11).
Baca Juga: Kenaikan CDS Indonesia dinilai hanya sementara Namun, mengingat hal tersebut masih berupa sentimen, Yudha menyebut efeknya pun hanya sesaat. Oleh sebab itu, wajar belakangan ini CDS Indonesia pada akhirnya naik. Bagaimanapun,
timeline vaksin dan proses distribusinya saat ini masih belum jelas, risiko yang sempat memudar pun akhirnya muncul lagi. Selain itu, menurut Yudha, reli kenaikan obligasi maupun saham di Indonesia juga sudah cukup kencang. Hal ini berujung pada aksi
profit taking investor asing yang juga ikut mendorong CDS naik. Belum lagi, polemik pemilihan umum Amerika Serikat belum akan berakhir setelah proses jalur hukum Trump akan segera dimulai minggu ini. Dengan berbagai kondisi tersebut, secara jangka pendek, Yudha memperkirakan CDS Indonesia masih akan ada kecenderungan naik. Namun, jika secara jangka panjang, Yudha optimistis CDS Indonesia akan mampu berada di level rendah. Apalagi data-data terbaru dan sentimen dinilai Yudha sejauh ini juga cukup baik.
Baca Juga: Pemerintah menjual SUN Rp 27 triliun ke BI untuk burden sharing, Kamis (19/11) “Tapi, agar CDS tetap rendah, faktor seperti penanganan Covid-19 dan kasus positif di Indonesia masih jadi hal penting. Selain itu,
timeline dan distribusi soal vaksin di Indonesia juga harus sudah semakin jelas karena pemerintah sejauh ini baru menyebut kuartal-I saja. Jika bisa semakin cepat, tentu semakin bagus jadinya,” tambah Yudha. Dengan tren CDS yang sedang naik, Yudha mengatakan sebaiknya investor untuk mengambil
positioning untuk tahun depan dan segera mulai alokasi aset saat ini. Menurutnya, sebaiknya mulai alokasi aset saat ini. Menurutnya, sebaiknya para investor setiap ada pelemahan di
market, langsung memanfaatkan untuk akumulasi pembelian. "Manfaatkan momen tersebut karena tahun depan tren
yield masih akan turun," pungkas Yudha.
Baca Juga: Ini sederet kebijakan Bank Indonesia untuk membantu genjot ekonomi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati