Manfaatkan momentum pelemahan, investor bisa mulai jajan saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tertekan berbagai sentimen negatif, membuat indeks dua hari terakhir harus ditutup di zona merah. Namun, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai kondisi tersebut bisa jadi momentum bagi investor untuk belanja saham.

"Boleh buy on weaknes di saham-saham seperti komoditi, perbankan. Sebelum The Fed mengumumkan hasil rapatnya, biasanya saham sektor tersebut turun dan sesudahnya bisa naik lagi," ujar Wawan, Selasa (25/9).

Meskipun sektor perbankan bakal terkena dampak paling besar dari kenaikan suku bunga acuan baik The Fed maupun Bank Indonesia (BI), namun sektor tersebut bisa kembali dengan cepat. Adapun saham yang direkomendasikan seperti BBCA, BMRI, BBRI dan BBNI.


"Pilih bank bank gede saja, nggak ada masalah untuk diborong sekarang untuk investasi jangka panjang. Apalagi bank bank ini punya kinerja baik," katanya.

Sedangkan untuk sektor konsumer belum direkomendasikan lantaran sepanjang tahun pergerakannya cenderung naik. "Itu karena suku bunga yang tinggi membuat orang lebih memilih untuk menyimpan uangnya. Daya beli juga turun dan ini tercermin dari kinerja UNVR yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya," jelasnya.

Untuk saham komoditas, Wawan optimis itu masih jadi sektor yang paling bersinar tahun ini, sehingga bisa jadi pilihan bagi investor di pekan ini. Adapun rekomendasi sahamnya seperti ADRO, ITMG, dan PTBA.

Wawan memperkirakan IHSG akan berada di kisaran support 5.800 dalam sepekan ini, dan resistance di level Rp 5.900.

Terkait dirilisnya perbaikan peringkat nilai tukar dari Morgan Stanley terhadap mata uang negara berkembang (emerging market), dinilai mampu membawa rupiah ke level yang lebih stabil. Sedangkan dampak terhadap obligasi, cenderung harus menunggu keputusan Bank Indonesia (BI).

"Harusnya dengan pernyataan Morgan Stanley, rupiah kita bisa stabil di Rp 14.600 sampai Rp 14.800 per dollar AS. Tapi itu masih butuh waktu panjang untuk bisa berdampak positif juga bagi emiten, khsusunya mereka yang memiliki bahan baku impor," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati