Manfaatkan momentum, Pemerintah percepat euro bond



JAKARTA. Pemerintah akan mempercepat penerbitan Euro Bond.  Ini terpicu dengan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atawa The Federal Reserve) yang menunda menunda kenaikan suku bunganya.

Keputusan ini pun membawa dampak positif bagi Indonesia. Efek keputusan The Fed semisal, melemahkan dollar Amerika Serikat. Ini pula yang mengungkit otot rupiah pada pekan lalu di kisaran Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat (AS)

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, kebijakan AS menyejukan pasar. Meski begitu, Bambang mengatakan, ketidakpastian pasar atas putusan Federal Open Market Committee semakin panjang. Walhasil, "Pemerintah mesti mencermati putusan berikutnya sekaligus mencermati recovery ekonomi di Indonesia," kata Bambang, Kamis (18/3).


Menurut Bambang, pemerintah akan memanfaatkan momentum saat ini dengan mempercepat penerbitan Surat Utang Negara (SBN) valuta asing, termasuk Euro Bond. "Dekat-dekat semester I.  Kita pilih best moment," ujar Bambang tanpa menyebut kepastian waktu.

Jika ini benar, jadwal ini  tampaknya lebih  cepat dari rencana semula yakni di semester II tahun ini. Rencana itu pun merupakan perubahan dari rencana untuk mencetak seluruh SBN valas pada semester pertama tahun ini.

Bambang menjelaskan, perubahan jadwal penerbitan khusus Euro Bond lantaran risiko  Euro Bond lebih mini atas kenaikan  imbal hasil atau yield. Apalagi, Eropa dalam waktu dekat akan memberikan kucuran stimulus atau quantitative easing (QE).

Kendati demikian, pemerintah masih menutup rapat target indikatif penerbitan euro bond tersebut. Yang jelas, penerbitan SBN valas tahun ini sudah mencapai 23% dari penerbitan SBN secara gross yakni Rp 451,8 triliun.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, momentum penundaan kebijakan The Fed membuat pemerintah harus berupaya untuk menyiapkan pasar yang kondusif agar rupiah stabil. Misal, perbaikan pasar valas di tiga bulan ke depan. Pasalnya, potensi pembelian dollar dalam waktu dekat masih ada.

Pembenahan iklim investasi dengan pemberian insentif repatriasi aset juga harus dilakukan, Jika pemerintah dapat melakukan pembenahan tersebut, Lana memperkirakan nilai tukar rupiah bisa menguat di Rp 12.800-12.900.

Lana menilai, penundaan kebijakan The Fed bisa dimaaatkan Bank Indonesia (BI) untuk bisa menurunkan kembali suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. "Apalagi kalau deflasi di April," kata Lana.

Percepatan penerbitan euro bond, kata Lana, cukup bagus. Namun, saat yang sama pemerintah juga melakukan belanja. Sebab, jika strategi front loading tak diimbangi dengan belanja bisa menyebabkan kekeringan likuiditas di pasar keuangan. Jika kondisi ini terjadi bunga kredit akan naik. Jika ini terjadi, ekonomi bisa melambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie