JAKARTA. Ketika masa holding period selama dua bulan usai, sebagian investor surat utang ritel berdenominasi rupiah alias Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri ORI-012 diprediksi akan menjual kembali kepemilikannya di pasar sekunder. Baik agen penjual maupun analis menilai prospek instrumen tersebut akan kinclong di pasar sekunder. Steven Suryana, Senior Vice President dan Head of Wealth Management Bank HSBC Indonesia yang merupakan salah satu agen penjual ORI012 menuturkan, keputusan untuk menjual atau menggenggam ORI012 hingga jatuh tempo alias hold to maturity memang sepenuhnya berada di tangan investor. Jika para investor membutuhkan aliran kas regular, menggenggam ORI012 hingga jatuh tempo menjadi pilihan menguntungkan. Apalagi kupon ORI012 sebesar 9% per tahun sebelum dipotong pajak terbilang tinggi.
Oleh karena itu, kendati harga ORI012 di pasar sekunder akan mengikuti pergerakan pasar, Steven menyarankan para investor agar tidak menjual ORI012 ketika harga sedang turun karena mereka masih akan memperoleh kupon bulanan. Prospek harga ORI012 di pasar sekunder, lanjut Steven, akan bergantung pada situasi pasar dan perekonomian Indonesia di waktu mendatang. “Harapannya, perekonomian Indonesia akan membaik ditopang oleh percepatan belanja negara. Inflasi Indonesia juga berpotensi lebih rendah,” paparnya. Inflasi dalam negeri per Agustus 2015 tercatat 0,39% sehingga besar peluang target inflasi sepanjang tahun 2015 yang dipatok 4% (plus minus 1%) dapat terwujud. Steven berpendapat, umumnya ketika ORI mulai masuk ke pasar sekunder, investor ORI yang awalnya didominasi investor ritel secara perlahan akan didominasi oleh investor institusi seperti manajer investasi untuk memenuhi portofolio investasi mereka. Apalagi kupon yang lebih tinggi ketimbang suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 7,75% menjadi daya tarik sendiri bagi ORI012. “Tapi tidak akan membuat harga ORI012 membumbung tinggi karena volatilitas instrumen ini lebih rendah ketimbang obligasi dengan tenor yang lebih panjang,” jelasnya. Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin, salah satu agen penjual ORI012 menuturkan, secara historis, sebagian besar investor tetap menyimpan ORI hingga jatuh tempo. Hanya sebagian yang menjualnya di pasar sekunder guna memperoleh capital gain atau karena ada kebutuhan dana. Oleh karena itu, Glen menilai prospek ORI012 di pasar sekunder sangat baik seperti jejak seri pendahulunya yakni ORI010 dan ORI011 yang hingga saat ini masih aktif diperdagangkan. Alasannya, investor ritel yang tidak memperoleh instrumen tersebut di pasar primer akan mengejarnya di pasar sekunder sehingga dapat menggenggam hingga jatuh tempo. Begitu pula dengan investor institusi seperti perbankan, manajer investasi, hingga dana pensiun juga akan tertarik menghimpun ORI untuk kebutuhan portofolio mereka. Walhasil, aspek ini akan menyokong pembentukan harga dan likuiditas ORI012 yang baik di pasar sekunder. “Harga ORI berpotensi naik 1% di pasar sekunder sehingga yield berpotensi turun 25 basis poin (bps) – 50 bps,” tuturnya. Asal situasi pasar cenderung normal.
Serupa, Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menerawang, harga ORI012 di pasar sekunder akan bergantung pada kondisi pasar. Jika situasi pasar seperti saat ini, Ariawan menilai harga ORI012 d pasar sekunder berpeluang naik 50 bps – 100 bps. Namun, jika kondisi pasar lebih kondusif ketimbang sekarang, maka harga ORI012 dapat terangkat lebih dari 100 bps. Di saat yang sama, yield ORI012 akan mengecil. Jika harga obligasi naik, yield instrumen tersebut akan terkoreksi. Sebaliknya, ketika harga obligasi terlempar, yield instrumen tersebut akan terangkat. Masa holding period ORI012 yang diperpanjang menjadi dua bulan dipandang justru memberikan dampak positif. “Karena market sekarang masih volatile. Dengan di hold dua bulan, harga tidak akan berubah sehingga tidak ada potential loss bagi yang pegang ORI012,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto