KONTAN.CO.ID -
PT MD Pictures Tbk telah resmi melepas saham ke publik. Perusahaan berkode emiten FILM ini jadi satu-satunya perusahaan perfilman yang masuk ke bursa saham. Manoj Punjabi, sang Chief Executive Officer
, baru-baru ini berbagi cerita kepada jurnalis KONTAN Putri Werdiningsih soal bagaimana mulai membangun bisnis, menjadi perusahaan terbuka, hingga persiapan masuk ke pasar global. Setelah lulus kuliah saya ingin masuk bidang per-filman. Tapi ayah saya Dhamoo Punjabi bilang: jangan. Kata beliau bisnis film saat itu sedang hancur-hancurnya. Saya punya keinginan besar cuma tidak ada kesempatan.
Kemudian saya coba bekerja di perusahaan
pulp and paper milik Sinarmas, tapi hatinya tidak di sana. Saya juga sempat membuka usaha baju, dan bikin merek sendiri, juga buka toko. Akhirnya tahun 1995 saya dapat kesempatan masuk di Multivision tetapi bagian pemasaran produk. Jualan VCD dan DVD. Di tahun 1996, saya membuat sinetron pertama saya Jin dan Jun. Namun, dalam perjalanannya pada 2002 saya merasa sudah beda pendapat, beda visi. Akhirnya saya keluar bersama ayah saya. Saya memulai MD setelah keluar dari Multivision. Tadinya ada MD Entertainment dan MD Global Media. Jadi kami punya dua usaha yang berbeda. Ayah saya mengurus MD Global Media yang lebih menangani impor film-film India untuk bioskop dan televisi. Sedangkan saya mengurus MD Entertainment yang lebih fokus memproduksi sinetron. Pada 2002 kami sama-sama mulai dari nol. Meskipun dibantu ayah, tapi saya menjadi
chief executive officer (CEO) sejak awal. Tidak bisa ada dua kapten di satu perahu. Kalau ada dua kapten pasti tenggelam. Saya dari awal maunya jalan begitu. Walaupun beda pendapat, tetap harus ada satu orang yang bertanggungjawab untuk mengambil risiko. Pak Dhamoo ikut dan beliau merestui. Beliau memang ayah saya, tetapi saya pisahkan sebagai partner. Jadi ada profesionalisme. Kalau mau besar sekalian jangan tanggung. Kalau tanggung, ya kecil saja terus. Apa pun saya punya, saya pertaruhkan. Kalau di permainan poker kan ada istilah loan. Tidak menanggung, pokoknya saya ambil yang terbaik. Dulu kami mulai di Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan enam orang. Saya keluar Multivision Agustus 2002, kemudian di September 2002 kami mulai di sana. Saya bersama istri, Pak Dhamoo, Pak Wanda, sekretaris, dan office boy. Itu bentuknya
virtual office. Kemudian sempat pindah ke Plaza Permata di kawasan Thamrin. Pada November 2012 pindah lagi ke Tanah Abang. Sempat di gudang dulu. Dari sana kami mulai kerja. Saya kerjasama dengan Tamara Blezinsky, Primus Yustisio, Tengku Ryan, Ari Wibowo, Lulu Tobing. Pokoknya semua artis papan atas di tahun 2003, semua sudah meneken kontrak sama saya. Mereka menyatakan siap dengan tiga sinetron. Ini keberanian. Belum jualan apa-apa tapi sudah berani kontrak mereka dan bangun gedung. Mungkin orang lain mikirnya ini orang berani mati, ya, belum ada produk sudah ada gedung. Kalau nanti mampus gimana? Itulah permulaan MD. Produk pertama MD dirilis 25 Juli 2003. Sinetron pertama kami berjudul Dia yang tayang jam 20.00 WIB, tiap Kamis di Indosiar. Lalu dilanjutkan sinetron 3 In 1 dan sinetron Ikhlas di bulan September. Membangun bisnis dari nol itu sulit sekali. Perjuangannya luar biasa. Berapa kali jatuh bangun, jatuh lagi sebelum sempat bangun. Banyak intrik-intrik politik di bisnis. Saya selalu percaya dengan produk. Bukan tong kosong yang nyaring bunyinya. Kalau tong kosong nyaring bunyinya pasti akan susah. Pintu akhirnya dibuka karena produk saya. Produk yang membuat orang akhirnya percaya. Suatu malam pada 17 September 2003, casting director saya Sanjay Mulani datang ke kantor. Katanya habis dari JCC ada pentas
Bawang Merah dan Bawang Putih. Dia bilang ceritanya seperti Cinderella. Menurut saya ini menarik sekali. Saya langsung bilang mau bikin ini menjadi sinetron. Akhirnya kami bikin
casting di koran siapa saja yang mau main. Ketika sinetron itu tayang di episode 13 pada 10 Agustus 2004, ternyata MD pertama kalinya mendapat peringkat nomor satu. Ini kebanggaan buat saya. Ada momen lagi Cinta Fitri tayang. Rating SCTV jadi nomor 1 karena sinetron itu. Kemudian ada sinetron Tendangan Si Madun di MNC TV yang berhasil membuat MNC jadi nomor satu. Film
Habibi Ainun mendapat
box office. Terakhir yang bikin saya puas akhirnya MD Pictures berhasil melakukan initial public offering (IPO) pada Juli 2018. Pemikiran untuk IPO sudah ada sejak 4 tahun–5 tahun lalu. Namun baru tahun lalu saya ambil keputusan. Saya bilang ini sudah waktunya. Saya enggak mikir lagi, tapi langsung dilakukan. Persiapan IPO itu kurang lebih selama enam bulan. Dengan IPO MD bisa masuk dimensi lain di dunia bisnis. Investor bisa masuk. Ini sudah jelas posisi MD di mana. Sudah saya siapkan semua, investor tinggal masuk. Saat IPO saya banyak mengajak teman-teman artis. Karena MD, mereka tertarik. Kami memberikan edukasi. Misalnya, Reza Rahardian jadi belajar saham karena MD. Terus berkreasi Walaupun banyak yang bilang ekonomi seperti ini, buktinya saham MD oke. Dalam ekonomi, kalau ada barang bagus kan malah menjadi lebih menarik. Tidak ada
timing yang tepat, itu kami yang mengkreasikan. Pengalaman saya, krisis 2008 justru menjadi salah satu puncak tertinggi MD. Jadi semua melawan arus. Kalau ekonomi sedang tidak bagus, harusnya kita bantu mendorong agar ketika ekonomi membaik kami sudah menjadi lebih mapan. Sekarang kami menjadi perusahaan terbuka. Tinggal menunggu peluang dan kesempatan. Saya sudah ada rencana produksi film, melengkapi fasilitas perfilman untuk studio di Ceger. Saya mau infrastruktur MD menjadi lebih canggih. Kami juga sedang menyiapkan kerjasama dengan pihak asing. Misalnya dengan membuat film di luar. Semuanya ada di
pipeline. Tahun depan (2019) mudah-mudahan bisa lebih jelas. Saya mau
go global. Targetnya dalam 2 tahun lagi, paling lambat sudah ada statement besar. Rahasia dari semua pencapaian ini konsistensi, persisten,
never give up, dan percaya diri. Orang harus mau berubah dan beradaptasi. Harus menjadi
trendsetter dan inovatif. Pertaruhannya adalah nama baik.
I want it now. Saya tak suka menunggu. Karena filosofi inilah pada 2004 saat ulang tahun saya mendapat hadiah karikatur dari karyawan. Gambarnya saya sedang memegang palu ada tulisannya
“I want it now”. Mungkin mereka capek dengar karena saya selalu bilang itu. Tapi ini sangat penting. Ini yang menghantarkan bisnis.
Kalau melihat diri saya sendiri, saya itu detail dan perfeksionis. Saya bakal cerewet untuk hal kecil. Hal kecil ini kalau dibiarkan bisa menjadi besar. Perfeksionis itu sangat saya. MD dimulai dengan 6 orang saat ini karyawan sudah mencapai 500 orang. Tentang karyawan, saya enggak suka
yes man. Saya mau mereka kasih opini. Saya mau orang berdebat dengan saya tapi yang logis. Salah benar itu relatif. Saya terima kritik kok, tidak defensif. ◆ Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Mesti Sinaga