Mantan napi yang sukses bisnis singkong keju (2)



JATUH bangun telah dialami Hardadi dalam merintis usaha Singkong Keju D-8. Tapi berkat keuletan dan kesabaran dalam berusaha, berhasil menuai sukses.  

Laki-laki asal Sragen, Jawa Tengah ini memulai usaha singkong itu dengan modal Rp 2,2 juta dari pinjaman lunak Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Uang itu ia pakai untuk membeli gerobak dan bahan baku. Untuk perlengkapan memasak ia pakai yang ada di rumah.

Meski terlihat sederhana, Hardadi harus bekerja keras untuk bisa menghasilkan singkong keju yang pulen dan gurih. Ia harus melakukan ujicoba berkali-kali supaya  bisa menghasilkan produk yang oke punya. "Keluarga dan tetangga sering saya beri sample untuk mengetahui komentar mereka," katanya pada KONTAN, Kamis (6/7).


Setelah menemukan ramuan yang pas, ia mulai berjualan dan dibantu seorang teman. Dalam beberapa bulan pertama, jumlah produksi singkong keju itu masih kecil antara Rp 3 kg sampai 5 kg saja.

Saat awal berjualan, bapak tiga anak itu kerap menawarkan singkong keju racikannya ke orang-orang terdekat, seperti tetangga atau keluarga terdekat. Malah, Hardadi sampai memakai aplikasi pesan singkat untuk menjaring lokasi konsumen yang lebih jauh. Ia juga rela mengantarkan pesanan singkong dari para tetangga meski jumlahnya tidak banyak.

Usaha gigih dari Hardadi ini mulai membuahkan hasil. Pada tahun 2013, ia memutuskan memindahkan lokasi jualan dari gerobak ke rumah orang tuanya yang berlokasi di Jalan Argowiyoto, Salatiga. Sebab, jumlah pesanan  semakin membludak.

Saat itu, produksinya melonjak sampai dua kuintal per hari. Melihat itu, sang istri, Diah Kristanti memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan pabrik dan membantu sang suami.

Tahun yang sama, ia patenkan merek singkong keju D-9. Nama itu berasal dari nomor blok dan sel saat ia menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Surakarta.

Selang waktu dua tahun, usaha makanan itu makin besar. Warung sederhana yang dibuatnya berjualan sudah tidak lagi dapat menampung semua pengunjung. Alhasil tahun 2015 dia memutuskan membeli sebidang tanah seluas 500 meter persegi (m²)  dengan harga Rp 300 juta.

Meski usaha sudah berkembang, kendala tetap ada, seperti  mendapat bahan baku singkong yang cocok untuk produk singkong keju. Sebab ia sudah kesulitan mendapat pasokan singkong dari Salatiga. Ia pun harus mencari bahan baku singkong di wilayah yang lain. Seperti ia saat ini banyak mendapatkan pasokan dari lereng gunung Sumbing, Wonosobo, serta Magelang.

Produk singkong keju D-9 yang enak inipun mulai terkenal. Uniknya, Hardadi tidak melakukan promosi produk yang gencar. Justru ia mendapatkan promosi gratis dari para pembeli singkong keju D-9.

Ini terjadi karena para konsumen yang sudah membeli D-9, langsung memberi testimoni di beragam media sosial.  Tak ayal, singkong keju D-9 langsung viral di mana-mana. Padahal, Hardadi punya blog tapi tidak terawat dan tertolong dari komentar konsumen yang mereview produknya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon