KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Mantan pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Taufik Hidayat, menilai bahwa audisi bulu tangkis bukanlah satu-satunya jalan yang bisa mengantarkan seseorang menuju puncak bulu tangkis dunia. "Audisi seolah-olah menjadi satu-satunya jalan untuk bisa menjadi pebulu tangkis top. Dulu saya enggak ikut audisi bisa saja. Masih banyak. Chandra Wijaya juara Olimpiade enggak. Riky, Rexy, enggak juga," kata Taufik di Jakarta, Kamis (12/9), dikutip dari Antara.
Baca Juga: Nama Bloomberg ikut terseret dalam polemik KPAI vs Djarum Pernyataan tersebut disampaikan oleh Taufik menanggapi kasus PB Djarum yang sempat memutuskan pamit dan menghentikan audisinya pada 2020. Pemberitaan itu pun lantas menghasilkan polemik yang tak pernah habis menjadi perdebatan di jagat media sosial. Pemberitaan itu pun lantas menghasilkan polemik yang tak pernah habis menjadi perdebatan di jagat media sosial. Bahkan, tagar-tagar seperti #KamiBersamaKPAI dan #BubarkanKPAI sempat tersemat menjadi trending topic di Twitter. "Sekarang yang memperbesar masalah di media sosial saja. Sebenarnya tinggal duduk bareng kan selesai. Jangan sampai juga saling menyalahkan karena enggak akan pernah selesai. Jadi makanan publik saja," kata Taufik. Ia lantas tidak mendukung pihak mana pun. Namun, Taufik tidak menampik bahwa peran PB Djarum sangat besar dalam memajukan bulu tangkis Indonesia sehingga dengan pemberhentian audisi pada 2020 telah menimbulkan dilema luar biasa. Di satu sisi, peraih medali emas Olimpiade 2004 itu mengatakan bahwa KPAI pasti mempunyai alasan kuat melarang PB Djarum melakukan audisi dengan brand image-nya. Namun, di sisi lain, PB Djarum adalah salah satu klub yang mampu dan mau menyokong dana untuk melahirkan regenerasi atlet-atlet anyar pada masa depan.
Baca Juga: KPAI cabut surat permintaan penghentian audisi PB Djarum, logo Djarum harus hilang? Taufik pun bersyukur mengetahui kebisingan yang menjalar hingga media sosial itu reda setelah kedua belah pihak akhirnya mau membuka diri dan melakukan mediasi. Pertemuan tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora. Pertemuan yang dihadiri oleh Ketua KPAI Susanto, pengurus PB Djarum Lius Pongoh, dan Sekjen PP PBSI Achmad Budiarto itu telah menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa audisi bulu tangkis akan tetap berjalan. Pertemuan tersebut menyepakati bahwa PB Djarum akan mengubah nama Audisi Umum Beasiswa PB Djarum 2019 menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis, tanpa menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum. "Perjanjiannya mereka (KPAI dan PB Djarum) yang tahu. Kalau sudah (selesai), ya syukur bisa masih tetap jalan karena (perdebatan) ini enggak akan selesai dan hanya akan menjadi makanan publik," ucap Taufik.
Baca Juga: Ramai polemik audisi bulu tangkis, intip gurita bisnis Grup Djarum Taufik dan beberapa peraih emas Olimpiade yang disebutkannya itu memang bukan berasal dari PB Djarum. Baca juga: PB Djarum Copot Logo-Merek untuk Audisi 2019, Audisi 2020 Belum Pasti Sebelum bergabung ke Pelatihan Nasional (Pelatnas), Taufik memulai karier di klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS), Bandung, Jawa Barat.
Demikian pula Chandra Wijaya yang pernah berkarier di beberapa klub, dari mulai Rajawali Cirebon, Pelita Jaya, dan Jaya Raya. Adapun Ricky Subagja berkarier di PB Tangkas, sedangkan tandemnya, Rexy Mainaky, berasal dari Sekolah Olahraga Ragunan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Taufik Hidayat: Audisi Bukan Satu-satunya Jalan Jadi Pemain Top Penulis : Alsadad Rudi Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini