JAKARTA. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, mata uang dollar AS bergerak melemah terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah setelah manufaktur Amerika Serikat mengalami kontraksi pada bulan November tahun ini. "Pelemahan manufaktur memicu aksi ambil untung para investor di pasar uang. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir manufaktur AS mengalami kontraksi, indeks pembelian manajer dari Institute for Supply Management (ISM) sektor manufaktur AS turun menjadi 48,6 pada November dibandingkan bulan sebelumnya 50,1 pada Oktober," katanya Rabu (2/12) dikutip dari Antara. Ia menambahkan, pelaku pasar uang juga masih cukup berhati-hati untuk mengakumulasi dollar AS hingga ada kepastian bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga pada 15-16 Desember 2015.
"Pelaku pasar cukup berhati-hati untuk menambah posisi dollar AS menjelang keputusan kenaikan suku bunga AS," katanya. Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan, mata uang rupiah melanjutkan kenaikannya terhadap dollar AS menyusul data inflasi Indonesia yang relatif stabil cenderung rendah. Diperkirakan, laju inflasi akan lebih rendah dari target Bank Indonesia yang sebesar empat % plus minus satu % pada akhir tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada November 2015 sebesar 0,21 %. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-November 2015 tercatat mencapai 2,37 % dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) 4,89 %.