Manufaktur Indonesia terganjal di missing middle



JAKARTA. Bank Dunia menyebut Indonesia berpotensi menggenjot sektor manufaktur. Penyebabnya meningkatnya laju pertumbuhan sektor manufaktur karena hasil dari permintaan domestik terutama untuk logam, makanan, bahan kimia dan suku cadang otomotif. Namun ada beberapa hal yang dapat menjadi kendala pertumbuhan tersebut, seperti masalah upah buruh dan juga missing middle atau hilangnya perusahaan level menengah karena banyak perusahaan kecil yang tidak naik tingkat di level tersebut. Menurut Ekonom Senior Bank Dunia Sjamsu Rahardja potensi sektor manufaktur Indonesia begitu besar di kawasan Asia Pasifik karena mempunyai sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) sekaligus. "Tidak banyak negara dengan komposisi unik seperti itu. China sekarang harus impor SDA. Masalahnya bagaimana  menyambungkan SDA itu di Indonesia timur dengan manufacturing hub yang ada di Jawa," kata Sjamsu, Rabu (10/10). Sjamsu mengatakan pesaing terkuat Indonesia di sektor manufaktur saat ini adalah Vietnam bukan China. Karena upah buruh di China mulai naik sehingga ongkos produksi di China menjadi semakin mahal. Indikator lainnya yakni saat ada kerusuhan pabrik Foxcon di China. "Sehingga orang akan cari negara lain. Sekarang yang diperhitungkan Vietnam atau Indonesia," tambahnya. Hal lain yang jadi sorotan Bank Dunia soal missing middle sektor manufaktur di Indonesia. Menurut survey Bank Dunia di 2009, perusahaan manufaktur skala kecil di Indonesia sebanyak 93,4%, perusahaan sedang 5,1% dan perusahaan besar 1,5%. Sebagai perbandingan di Brazil perusahaan kecilnya sebanyak 36,6%, perusahaan sedang 46,5%, dan perusahaan besar 16,9%. Di Vietnam komposisi perusahaan kecil sebesar 59,5%, perusahaan sedang 27,4%, perusahaan besar 13%. Sedangkan di Filipina komposisi perusahaan kecil sebesar 64,6%, perusahaan sedang 28% dan perusahaan besar 7,4%. "Missing middle yang didata kita terlihat jika dibanding negara utama, Indonesia yang paling besar," kata Sjamsu. Menurut dia atas karena missing middle yang membuat kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja menjadi kurang signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Djumyati P.