Manufaktur TI berprospek cerah di Asia Pasifik



LISBON. Lembaga riset GfK menilai pasar manufaktur teknologi informasi di Asia Pasifik akan terus tumbuh dan berkembang karena didukung konsumen yang bisa beradaptasi dengan inovasi digital terbaru.

"Pasar di Asia Pasifik terus bergerak dan menjadi salah satu tempat menarik bagi manufaktur," kata Direktur APAC, Digital World GfK Gerard Tan dalam pemaparan di Lisbon, Sabtu (22/4).

Menurut Tan, salah satu contoh bisa terlihat dari penggunaan alat komunikasi (mobile devices) seperti telepon pintar maupun tablet di Indonesia untuk berbagai aktivitas belanja dalam jaringan, komunikasi, media sosial, browsing jaringan dan mencari berita.


"Sebagian besar pengunaan alat ini adalah untuk komunikasi 92% dan belanja dalam jaringan hingga 90%. Ini bisa menunjukkan kemana arah masa depan manufaktur teknologi saat ini," ujarnya.

Ia menambahkan maraknya penggunaan alat komunikasi itu juga didukung oleh tumbuhnya aplikasi layanan berbasis jaringan seperti "Go-Jek" yang saat ini diperkirakan melayani pemesanan rata-rata hingga 667.000 per hari.

"Layanan pengantaran seperti ini bisa berhasil meningkatkan produktivitas, meski setiap hari terjadi kemacetan di Jakarta. Dengan jumlah sepeda motor di jalan mencapai 85 juta, orang-orang bisa memanfaatkan kemudahan ini," kata Tan.

Selain alat komunikasi, penggunaan televisi yang mempunyai kemampuan untuk mengakses jaringan internet dan mengunduh layanan aplikasi lainnya seperti video streaming berbayar serta permainan online (Smart TV) meningkat di China dan India.

Tan menjelaskan penjualan Smart TV di China mencapai 42 juta unit, tumbuh 35% sejak 2014, dengan total nilai US$ 22 miliar pada 2016. Sedangkan, penjualan di India mencapai 2,6 juta unit, tumbuh 242% sejak 2014, dengan total nilai US$ 1,5 miliar pada 2016.

"Di India, share pasar untuk Smart TV hanya 15% namun unitnya terjual 2,6 juta. Ini merupakan pasar besar bagi manufaktur teknologi informasi di negara berkembang dengan jumlah penduduk kedua terbanyak di dunia," katanya.

Di kawasan Asia Tenggara, pembelian televisi layar lebar untuk memanfaatkan layanan aplikasi konten berbayar juga meningkat. Hal ini disertai dengan momentum peningkatan kualitas konten hiburan seperti Netflix dan Amazon.

"Kepuasan untuk memanfaatkan layanan konten, mempengaruhi konsumen untuk membeli TV layar lebar di negara berkembang Asia Tenggara. Selain itu, konsumen tidak hanya terpengaruh teknologi, namun desain TV yang makin unik," ujarnya.

Selain itu, kawasan Asia Pasifik juga merupakan pasar potensial bagi pengguna layanan permainan (games) dalam jaringan. Penjualan alat-alat pendukung permainan seperti desktops, monitor, notebook, headset, keyboard dan mouse tumbuh 77%.

"Total belanja gaming devices mencapai US$ 3,4 miliar. Ini menunjukkan konsumen di Asia menghabiskan banyak uang untuk membeli teknologi baru," jelas Tan.

Secara keseluruhan, menurut Tan, potensi pertumbuhan tinggi bagi pasar manufaktur teknologi informasi di Asia Pasifik bisa terjadi karena saat ini banyak wilayah pengguna gadget yang belum terpetakan, padahal mobilitas layanan aplikasi makin beragam.

Pemaparan Gerard Tan bertemakan "Digital World in Asia" ini merupakan salah satu rangkaian acara Konperensi Pers Global mengenai penyelenggaraan pameran manufaktur teknologi elektronik (IFA) yang akan berlangsung pada September 2017 di Berlin, Jerman.

Editor: Adi Wikanto