KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar saham tanah air terutama sektor teknologi dan sektor energi baru terbarukan (EBT) tetap dipandang optimistis. Pelonggaran kebijakan moneter diharapkan menjadi katalis tambahan bagi perekonomian domestik yang solid. Senior Portfolio Manager Equity, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma menjelaskan bahwa prospek arah suku bunga masih belum pasti. Dimana, data inflasi dan ketenagakerjaan AS terkini membuat kebijakan restriktif masih mungkin harus dipertahankan untuk sementara waktu. Samuel menilai, pernyataan pejabat The Fed yang terlihat kontradiktif sebenarnya tetap menunjukkan konsistensi, bahwa The Fed sangat mempertimbangkan data untuk mengambil keputusan penurunan suku bunga. Namun yang lebih perlu diperhatikan adalah peningkatan inflasi AS, apakah merupakan bumpy path atau tren struktural.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Melemah di Akhir Pekan, Terseret Saham Terkait Sektor Teknologi Gabungan berbagai faktor seperti masih kuatnya data ekonomi AS, komentar pejabat The Fed, serta meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah telah membuat pelaku pasar mengubah besaran dan frekuensi pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) tahun ini. “Estimasi pemangkasan suku bunga pertama di akhir kuartal kedua berubah ke kuartal tiga, dan proyeksi tiga kali pemangkasan saat ini sudah mulai berubah menjadi dua kali saja,” kata Samuel dalam siaran pers, Selasa (24/4). Walau demikian, Samuel tetap memandang positif investasi di tanah air. Momentum perekonomian yang positif di tengah valuasi pasar saham yang rendah sebenarnya membuka peluang bagi investor yang ingin berinvestasi dini, guna memanfaatkan kondisi peralihan dari era suku bunga tinggi menuju suku bunga yang lebih akomodatif. Samuel menilai, pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi akhir-akhir ini lebih disebabkan faktor global dan Bank Indonesia (BI) juga sudah melakukan intervensi untuk menstabilkan posisi rupiah.
Baca Juga: Sediakan 7 Reksadana, Bank BTPN Bermitra dengan Manulife Aset Manajemen Jika volatilitas nilai tukar yang terjadi saat ini memang terbukti hanya lonjakan temporer, MAMI memproyeksi nilai tukar rupiah di akhir tahun akan berada di kisaran Rp14.900 – Rp 15.300 per dolar AS. Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam perkara perselisihan hasil pemilihan umum yang sudah diterima oleh tergugat diharapkan juga menjadi pembuka lembaran baru rekonsiliasi nasional dan dimulainya proses transisi pemerintahan. Adanya berbagai kebijakan yang disampaikan Presiden terpilih yaitu Prabowo dinilai cukup terlihat
market friendly, walaupun memang ada kebijakan-kebijakan yang ditunggu dampaknya terhadap APBN dan ekonomi secara keseluruhan. Samuel memaparkan, beberapa katalis yang diharapkan mendukung sentimen positif berkelanjutan adalah rilis kinerja perusahaan kuartal pertama 2024.
Baca Juga: Tips Jalani Masa Pensiun Tanpa Membebani Anak dari CEO Manulife Aset Manajemen Selain itu, normalisasi likuiditas sejalan dengan rencana pelonggaran moneter, serta kebijakan ekonomi dan calon anggota kabinet pemerintahan baru untuk memprediksi arah pertumbuhan ekonomi jangka menengah ke depan. “Strategi kami di tengah dinamika yang terjadi adalah untuk berfokus pada emiten dan sektor dengan
fundamental bottom-up yang baik dan relatif sedikit terpengaruh oleh volatilitas jangka pendek di ekspektasi makro global,” ujar Samuel. Samuel menuturkan bahwa Manulife Aset masih melihat sektor telekomunikasi memiliki prospek yang menarik ke depannya. Meskipun ada kekhawatiran akan memburuknya kompetisi di industri, emiten telekomunikasi menyatakan akan tetap berfokus pada profitabilitas sebagai tujuan utama.
Baca Juga: Manulife Aset Manajemen: Pasar Bereaksi Positif Terhadap Hasil Quick Count Pemilu “Karakteristik sektor telekomunikasi yang defensif juga menjadi nilai tambah di situasi pasar saat ini,” jelasnya. Selain itu, lanjut Samuel, MAMI masih mempertahankan posisi di sektor yang berhubungan dengan bahan baku terkait industri energi baru terbarukan. Sebab, transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan Indonesia yang memiliki komoditas teknologi energi baru terbarukan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli