Manulife Luncurkan Produk Reksadana Syariah Pertama



JAKARTA. Keranjang investasi di reksadana syariah bertambah. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, kemarin (21/1) meluncurkan produk reksadana syariah pertamanya, Manulife Syariah Sektoral Amanah. Produk reksadana ini sebagian besar portofolionya merupakan saham sebesar 80% hingga 100%. Portofolio lainnya adalah obligasi berbasis syariah atau Sukuk serta deposito dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) syariah dengan porsi 0% hingga 20%.

Investor tak harus berkantong tebal untuk membeli produk ini. "Investor bisa membeli dengan nilai minimal Rp 100.000," kata Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia Denny Thaher, kemarin (21/1).

Tahun ini Manulife menargetkan bisa menjual produk reksadana saham ini sekitar Rp 100 miliar dengan return sekitar 20%. Manulife akan menjual satu miliar unit penyertaan reksadana ini. Satu unit penyertaan harganya Rp 1.000. Manulife memilih saham-saham berdasarkan sektor yang berpotensi untuk tumbuh dan nanti akan dirotasi berdasarkan potensi pertumbuhan sektoral. "Pertama kami akan masuk ke sektor infrastruktur, ritel, konsumsi, semen, dan perkebunan," kata Denny.


Reksadana ini sudah mendapatkan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pada 16 Januari 2009 lalu. Manulife akan menjual produk ini lewat agen penjual asuransi jiwa Manulife dan lewat HSBC Amanah.

Selain reksadana saham syariah ini, pada 23 Januari 2009 nanti Manulife juga akan menerbitkan empat reksadana pendapatan tetap. Penerbitan reksadana ini untuk menggantikan empat reksadana pendapatan tetap yang usianya sudah mencapai lima tahun. Tak cuma itu, Manulife juga akan menerbitkan beberapa reksadana lagi di tahun ini. Salah satunya adalah reksadana terproteksi. Namun, Manulife tetap akan fokus ke produk yang berbasis saham. Hingga kini, portofolio saham di Manulife sebesar 54%.

Hingga awal 2009 ini, total dana kelolaan Manulife dari discretionary fund dan reksadana mencapai Rp 17 triliun. Dana di reksadana sendiri mencapai Rp 4,5 triliun. "Hingga akhir tahun ini kami menargetkan dana kelolaan bisa tumbuh 20%-25%," imbuh Denny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie