MAPI melenggok di bisnis fesyen



JAKARTA. Perlahan tapi pasti, PT Mitra Adiperkasa Tbk mulai melepas lini bisnis food & beverage. Kabar teranyar, emiten berkode MAPI ini menjual Burger King, jaringan restoran burger yang dijalankan anak usahanya, PT Sari Burger Indonesia.

Pada Senin (13/10), MAPI sudah meneken perjanjian investasi dengan calon pembeli Burger King, yakni QSR Indoburger Pte Ltd. Belum diketahui berapa porsi saham Burger King yang dijual MAPI. Sebelumnya, MAPI sudah lebih dulu menjual jaringan restoran piza, Domino's Pizza, kepada Everstone Capital. Everstone mendekap mayoritas saham Domino's, yakni 51% dan MAPI kini hanya memiliki 49% saham Domino's.

Analis Buana Capital Marisa Wijayanto menilai, tahun ini MAPI dapat meringankan biaya operasional setelah menjual dua anak usahanya. Apalagi, Domino's Pizza dan Burger King hanya berkontribusi minim terhadap pendapatan konsolidasi MAPI.


"Biaya operasionalnya besar, tapi keuntungan yang didapat sedikit, jadi lebih baik jual saja," ungkap dia. Kontribusi Domino's Pizza dan Burger King memang masing mini. Kedua anak usaha MAPI ini hanya menyumbang 2%-3% terhadap total pendapatan konsolidasi atau menyumbang 20%-25% di kategori food & beverage. Penyumbang terbesar segmen food & beverageadalah Starbucks, yakni mencapai 50%. Maka tak heran apabila MAPI masih mempertahankan kepemilikan Starbucks.

Di luar itu, MAPI tampaknya fokus menggenjot ekspansi lini bisnis fesyen dan sport. Ini lantaran segmen itu menyumbang pendapatan signifikan. Namun, MAPI tidak bisa berleha-leha. Sebab, persaingan bisnis ritel, terutama fesyen cukup ketat. MAPI kedatangan pesaing baru seperti H&M dan Uniqlo.

Meski aroma persaingannya cukup ketat, analis BNI Securities Ankga Adiwirasta berpendapat, pertumbuhan di sektor ritel masih cukup menjanjikan. Hal tersebut seiring pertumbuhan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia yang cukup tinggi. Tantangan MAPI Dengan aroma persaingan yang semakin ketat ini, menurut Marisa, MAPI masih bisa menjadi pemimpin pasar. "Karena perusahaan tersebut memiliki banyak brand yang menjadi andalan," tutur dia.

Di bisnis fesyen, MAPI juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah penumpukan barang. Ini lantaran barang impor milik MAPI terkena jalur merah. Jalur ini perlu pengawasan lebih intensif, misalnya dengan pemeriksaan fisik barang, sehingga menyebabkan penumpukan barang. Menurut analis Samuel Sekuritas, Tiesha Narandha Putri, jika MAPI ingin memulihkan margin, emiten ini harus mengurangi penumpukan barang.

Dia yakin, MAPI akan bisa memaksimalkan inventory-nya di pengujung tahun ini. Sebab, permintaan pakaian pada akhir tahun akan meningkat. "Apalagi ada momentum Natal dan Tahun Baru," kata Tiesha. Tiesha dan Ankga merekomendasikan hold MAPI dengan target harga masing-masing Rp 5.600 dan Rp 5.370 per saham.

Adapun Marisa merekomendasikan sell dengan target Rp 4.700 per saham. Harga saham MAPI kemarin ditutup tak berubah dari posisi sehari sebelumnya, di level Rp 5.150 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie