Marah Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung, kok Bisa?



MOMSMONEY.ID - Marah merupakan salah satu jenis emosi yang ada dalam diri setiap manusia. Mengekspresikan rasa marah juga sebenarnya tidak ada salahnya. Namun, tahukah bahwa marah bisa meningkatkan risiko penyakit jantung? Mengapa bisa demikian?

Melansir dari Healthline, kemarahan dapat memberikan dampak buruk bagi jantung. Para peneliti menemukan bahwa kemarahan memiliki efek khusus pada kesehatan pembuluh darah yang tidak ditemukan pada emosi negatif lain seperti kesedihan atau kecemasan.

Meskipun efeknya bisa bersifat sementara, serangan kemarahan yang berulang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung jangka panjang.


Temuan ini dipublikasikan baru-baru ini dalam Jurnal Asosiasi Jantung Amerika, mengungkap lebih lanjut tentang hubungan antara kesehatan mental dan fisik.

Daichi Shimbo, MD, ahli jantung dari Columbia University Irving Medical Center dan penulis utama studi, menjelaskan, hanya kemarahan yang memiliki dampak signifikan pada pembuluh darah, yang menjadikannya 'kardiotoksik'.

Baca Juga: 7 Pilihan Teh Herbal untuk Asam Lambung yang Terbaik, Apa Saja?

Dalam penelitian ini, Shimbo dan timnya menerapkan pendekatan translasi untuk mempelajari hubungan antara emosi dan kesehatan sel endotel, yang merupakan indikator kesehatan pembuluh darah umum.

Mereka menggunakan tugas mengingat emosi pada 280 partisipan dewasa sehat, dimana mereka diminta mengingat pengalaman yang terkait dengan kemarahan, kecemasan, kesedihan, atau kondisi netral.

Hasilnya menunjukkan bahwa kemarahan secara khusus merusak fungsi pembuluh darah dengan menghambat kemampuan mereka untuk melebar, sehingga membatasi aliran darah.

Kondisi ini bertahan hingga empat puluh menit setelah sesi, sebelum kembali ke kondisi normal. Penelitian ini tidak menemukan dampak serupa pada kondisi emosional lain.

Baca Juga: Berapa Kolesterol Normal Pada Wanita? Cari Tahu di Sini yuk!

Data menunjukkan bahwa mekanisme yang menghubungkan kemarahan dengan risiko penyakit jantung mungkin berbeda dari emosi negatif lainnya.

Sehingga, perlu diperhatikan untuk tidak menggabungkan berbagai emosi negatif ke dalam satu kategori. Ini menunjukkan pentingnya mengelola kemarahan untuk mengurangi risiko kesehatan jantung.

David Spiegel, MD, dari Stanford University yang tidak terlibat dalam studi, mengingatkan, kemarahan memicu respons yang menghasilkan pelepasan hormon stres seperti dopamin, adrenalin, dan noradrenalin.

Studi Harvard pada tahun 2014 juga menemukan, setelah ledakan kemarahan, risiko kejadian kardiovaskular meningkat, khususnya dalam dua jam pertama.

Penelitian ini menekankan, pikiran dan tubuh sangat terhubung. Untuk mempertahankan fungsi jantung yang sehat, penting bagi Anda untuk mengelola emosi dengan lebih bijaksana.

Demikianlah ulasan terkait emosi marah bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Semoga bermanfaat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rezki Wening Hayuningtyas