Marak klaim obat Covid-19, YLKI minta pemerintah tingkatkan literasi obat dan herbal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menuturkan perlu ada peningkatan literasi akan obat dan herbal bagi masyarakat. Terlebih sejak munculnya klaim-kalim sebelumnya akan ditemukannya obat Covid-19.

"Mendorong agar menteri kesehatan, Badan POM atau lainnya untuk meningkatkan literasi konsumen mengenai produk obat, jamu tradisional dan herbal, agar tetap mengerti bahwa apa yang diiklankan itu adalah bohong tidak bisa menyembuhkan," jelas Tulus saat Diskusi Virtual yang digelar YLKI bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Senin (9/8).

Baca Juga: Masyarakat diminta berhati-hati terhadap klaim obat Covid-19


Selain itu YLKI juga merekomendasikan agar pemerintah dapat memperbarui politik manajemen penanganan pandemi. Menurutnya, jika penanganan pandemi berjalan baik maka nantinya akan membuat ekonomi juga membaik.

"Pemerintah umumnya sudah serius menangani pandemi ini, namun harus lebih serius lagi dalam menangani pandemi. Tapi terlalu terkungkung dengan persoalan ekonomi dan akhirnya semua jeblok wabah makin luas ekonomi juga makin jeblok, jadi harus terfokus pada penanganan pandemi," ungkapnya.

Adapun dari aduan yang masuk ke YLKI dari Maret hingga Juli 2020 aduan akan masker, hand sanitizer dan obat-obatan masuk ke peringkat kedua dengan jumlah 33,30%. Kemudian aduan mengenai layanan kesehatan sebesar 2,7%.

Dari data aduan tersebut Tulus menyebut bahwa masyarakat memiliki perhatian besar terhadap produk dan layanan kesehatan.

Tak hanya itu saja, YLKI juga meminta pemerintah menegakkan hukum yang tegas pada informasi tidak benar soal obat Covid-19. 

Tulus menekankan khususnya informasi secara online, lantaran banyak informasi yang tidak terjamin kebenarannya beredar di media sosial.

Mayagustina Andarini, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik menyebut pihaknya terus melakukan cyber police untuk engurangi informasi tidak benar dan peredaran klaim obat atau herbal yang belum teruji oleh BPOM.

Menurut Maya,BPOM setiap hari selalu melakukan patroli di marketplace untuk menurunkan produk-produk herbal yang belum dimendapatkan ijin edar dan teruji dari BPOM.

"Produk herbal dari China kita lakukan pengamatan, kita ada kerjasama dengan IDEA dengan marketplace-nya juga untuk men-takedown produk tersebut tapi ya Indonesia patah 10 tumbuh 1.000, tapi kita terus kejar-kejaran," kata Maya.

Baca Juga: Obat Avigan dari Jepang segera diuji untuk pengobatan corona, seberapa efektif?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi