Margin Bisa Lebih Tinggi Lewat Diversifikasi, Ini Rekomendasi Saham Erajaya (ERAA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Distributor dan retail perangkat telekomunikasi seluler PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) melebarkan bisnisnya ke produk-produk gaya hidup lainnya. Diversifikasi bisnis ini dilakukan sejak tahun 2020.

ERAA masuk ke segmen kecantikan melalui The Face Shop, pakaian olahraga JD Sports, makanan dan minuman Paris Baguette, farmasi Wellings, grosir Grand Lucky, dan elektronik konsumen Erablu. Sebagian besarnya dibentuk di bawah usaha patungan alias joint venture (JV) atau perjanjian waralaba.

Analis Sucor Sekuritas Benyamin Mikael menilai, kontribusi segmen bisnis tersebut ke pendapatan ERAA secara keseluruhan masih sangat kecil. "Pasalnya, bisnis-bisnis tersebut masih dalam tahap peningkatan skala," kata Benyamin saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (20/9).


Baca Juga: Sebanyak 12 Emiten Sedang Menggelar Buyback Saham

Pendapatan ERAA masih didominasi oleh penjualan telepon seluler dan tablet. Pada paruh pertama 2022, penjualan telepon seluler dan tablet mencapai Rp 18,49 triliun atau berkontribusi sebesar 79% dari total pendapatan yang sebesar Rp 23,39 triliun.

Disusul penjualan produk operator sebesar Rp 1,38 triliun (5,9% dari total pendapatan), komputer dan peralatan elektronik lainnya Rp 1 triliun (4,3%), serta aksesoris dan lain-lain Rp 2,52 triliun (10,8%).

Dalam riset tanggal 8 September 2022, Analis Nomura Kong Heng Siong mengatakan, langkah agresif ERAA mendiversifikasi bisnis ke segmen lain merupakan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan laba. Nomura memprediksi, bisnis baru ERAA dapat menghasilkan margin yang lebih tinggi dalam jangka panjang.

Dengan begitu, ERAA akan menjauh dari gagasan memiliki operasi bisnis dengan margin tipis. Selama 2008-2021, ERAA mencatatkan rata-rata gross profit margin (GPM) 9,3% dan net profit margin (NPM) 2,4%.

Nomura memperkirakan, kontribusi segmen bisnis baru ERAA (termasuk dalam segmen aksesoris dan lainnya) akan terus meningkat setiap tahunnya. Secara rinci, besaran kontribusinya  terhadap total pendapatan diestimasi sebesar 11% pada 2022, 13% pada 2023, dan 15,5% pada 2024.

Baca Juga: Erajaya Digital Perkenalkan Erafone & More

Meskipun begitu, Nomura tetap melihat prospek positif pada segmen bisnis handset dengan prediksi pertumbuhan penjualan secara CAGR 11% pada 2021-2024. Hal ini didorong oleh permintaan produk handset yang tetap kuat, terutama didukung oleh meningkatnya adopsi ponsel, potensi pengembalian pelanggan, dan keunggulan kompetitif ERAA atas pemain tradisional dalam hal manajemen modal kerja. 

"Keputusan pemerintah untuk menerapkan kontrol International Mobile Equipment Identity (IMEI) pada kuartal III-2020 yang mengurangi peredaran produk handset pasar gelap, juga akan membantu ERAA memperluas pangsa pasar domestiknya," kata Kong.

Nomura menginisiasi ERAA dengan rekomendasi buy dengan target harga Rp 680 per saham. Target harga ini didasarkan pada EPS 7,6x 2023F (-0,25SD dari rata-rata price to earning (PE) lima tahun) dengan diskon 50% dari rata-rata peer PE domestik sebesar 10,6x. Nomura memperhitungkan risiko kekurangan chip saat ini yang memengaruhi pasokan inventaris ERAA.

Benyamin juga menilai, kekurangan chip dan agresifnya ekspansi ERAA akan meningkatkan biaya operasional ERAA dalam jangka pendek. Terlebih lagi, penjualan toko masih belum optimal di awal pembukaan.

Baca Juga: Erajaya Swasembada (ERAA) Siapkan Rp 300 Miliar Untuk Buyback Saham

Dalam riset tanggal 13 Juli 2022, Analis BNI Sekuritas Patricia Gabriela dan Laksmita Febriyanti juga merekomendasikan buy ERAA dengan target harga Rp 650 per saham. Pada perdagangan Selasa (20/9), ERAA tercatat naik 1,30% ke level Rp 466 per saham.

Kedua analis ini melihat, diversifikasi ERAA ke segmen lain berpeluang menghasilkan GPM yang lebih tinggi. Pada umumnya, bisnis retail produk pakaian olahraga memberikan GPM lebih dari 30%, makanan dan minuman lebih dari 60%, grosir lebih dari 15%, kecantikan dan kesehatan lebih dari 30%, dan elektronik lebih dari 15%.

Semua ini lebih tinggi dari GPM kuartal pertama 2022 ERAA yang sebesar 11,1%. "Bisnis baru ini hanya berkontribusi 7% terhadap pendapatan ERAA di kuartal I-2022, tetapi kami memproyeksikan kontribusinya akan mencapai 10% dari pendapatan 2024 atau sekitar 19,8% CAGR selama 2021-2024," kata kedua analis tersebut.

Keduanya juga memproyeksi, GPM segmen dapat meningkat sekitar 0,5% per tahun. Dengan begitu, total GPM ERAA diprediksi akan naik ke 11,6% pada 2024.

Baca Juga: Saham Erajaya Swasembada (ERAA) Bertambah Seksi Berkat Ekspansi

Dalam riset tanggal 2 September 2022, Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian juga mempertahankan rekomendasi buy ERAA dengan target harga Rp 670 per saham. "Saya yakin kinerja ERAA di semester 2 2022 akan lebih kuat, terutama karena peluncuran produk terbaru iPhone di kuartal keempat 2022," ucap Robert.

Sepanjang semester pertama 2022, ERAA membukukan kenaikan pendapatan 9,6% secara tahunanatau  year on year (YoY) menjadi Rp 23,4 triliun.Di sisi lain, laba bersih ERAA turun 9,1% YoY menjadi Rp 508 miliar karena laba operasional yang lebih rendah dan beban lain-lain yang lebih tinggi.

Realisasi tersebut setara 49% dan 44% dari proyeksi pendapatan dan laba bersih ERAA yang dibuat Ciptadana Sekuritas untuk sepanjang 2022. Sampai dengan akhir tahun ini, Ciptadana Sekuritas memprediksi, pendapatan ERAA dapat mencapai Rp 48,2 triliun dengan laba bersih Rp 1,15 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati