KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas bank berpotensi makin kesat karena persaingan bank dengan pemerintah berebut dana masyarakat akan berlanjut. Kondisi ini akan membuat biaya dana naik dan margin bunga tertekan. Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio
net interest margin (NIM) perbankan mulai berbalik arah, berada di level 4,59% pada November 2024. Capaian ini lebih rendah dari posisi Oktober 2024 dengan NIM sebesar 4,61%. Jika dilihat dari Statistik Perbankan OJK, rasio NIM perbankan memang terus menanjak sejak awal tahun sampai dengan Oktober 2024. Posisi NIM bergerak 12 bps dari level 4,49% pada Februari menjadi 4,61% per Oktober 2024.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan pun membenarkan, bahwa tekanan margin NIM terhadap kinerja operasional tetap akan dirasakan tahun ini. "Hal ini karena
cost of fund akan tetap mahal secara keseluruhan, sedangkan bank juga harus selektif untuk penyaluran kredit supaya tidak terjebak di CKPN yang akan jauh lebih mahal biayanya dan jangka waktu impact yang lebih panjang untuk di-
remedy," kata Lani kepada kontan.co.id, Selasa (14/1).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BSI (BRIS) yang Bakal Terdongkrak Potensi Bank Emas Sehingga bank CIMB Niaga disebut akan tetap fokus di
managing CoF agar tidak terus naik, yakni lewat CASA,
payroll, cash management, operating account perusahaan,
merchant dan nasabah
less price sensitive. Dia pun berharap hingga akhir tahun ini NIM dapat dijaga sekitar 3,9%-4%. Adapun hingga kuartal III-2024 NIM CIMB Niaga berada di level 4,16% terlihat tertekan dari posisi 4,52% di periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuan ke level 5,75% dinilai bisa memperbaiki kondisi NIM CIMB Niaga yang terus tertekan. Hanya saja dia menekankan bahwa perbaikan tersebut tetap memerlukan waktu. "Menurunnya bunga acuan merupakan berita baik bagi perbankan, namun tidak serta merta CoF akan langsung turun karena akan berpengaruh juga dari likuiditas terutama dengan SRBI rate yang relatif tinggi," katanya. Menurutnya, apabila ini long run, CoF bisa turun maka animo kredit bisa lebih bagus dan menarik bagi nasabah. "Jadi dalam jangka pendek belum bisa mengerek NIM ke atas," ujarnya.
Baca Juga: Tantangan Bank dalam Menurunkan Bunga Kredit di Awal 2025 Setali tiga uang, Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo menyatakan bahwa saat ini likuiditas memang menjadi tantangan. Persaingan yang ketat dalam mendapatkan dana masyarakat, baik antar bank maupun dengan pemerintah, telah mengerek kenaikan biaya dana. "Untuk mengatasi hal ini, bank umumnya menerapkan beberapa strategi, seperti penyesuaian suku bunga kredit secara hati-hati, peningkatan efisiensi operasional, diversifikasi pendapatan salah satunya melalui
fee-based income, serta manajemen aset yang fokus pada segmen nasabah dengan
yield lebih tinggi," kata Sigit. Selain itu, perkembangan NIM bank ke depan disebut sangat bergantung pada berbagai faktor, termasuk kebijakan moneter, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi persaingan di industri perbankan. Sigit menerangkan, di Bank Mandiri, NIM secara bank only November 2024 tercatat sebesar 4,89%, tetap tumbuh positif sepanjang tahun 2024. Kinerja yang baik ini disebut Sigit di dorong oleh pertumbuhan kredit yang tetap tumbuh di atas industri, pemberian rate kredit yang kompetitif dan fokus pada pertumbuhan dana murah (CASA) untuk mengurangi dampak dari tekanan likuiditas. "Mandiri tetap optimistis dapat menjaga NIM tetap stabil pada tahun 2025 meskipun likuiditas di pasar diproyeksikan masih ketat dan di tengah siklus penurunan suku bunga acuan," ucapnya.
Baca Juga: Dinilai Defensif, Cermati Rekomendasi Saham BBCA Saat Bursa Bergejolak Adapun untuk menjaga profitabilitas, bank Mandiri akan fokus pada optimalisasi portofolio
mix antara segmen
wholesale dan retail dengan tetap mengedepankan
risk dan
return yang optimal. Menurut dia, kekuatan di segmen
wholesale memungkinkan bank Mandiri untuk mendorong pertumbuhan kredit retail berbasis ekosistem sehingga menghasilkan portofolio kredit yang lebih
sustain dan berkualitas. Dalam menopang likuiditas, Bank Mandiri akan berfokus pada CASA transaksional dengan meningkatkan transaksi
closed-loop ecosystem dan optimalisasi platform digital KOPRA, Livin’ dan LIvin Merchant untuk menjaga biaya dana tetap rendah.
Baca Juga: Suku Bunga Masih Tinggi, Pendapatan Non Bunga Bank Jadi Andalan? Sementara PT Bank Central Asia (BCA) melihat, pergerakan NIM ke depan akan sejalan dengan permintaan kredit di pasar, pergerakan suku bunga, dan kondisi likuiditas. "BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor, dalam rangka mendukung perekonomian nasional," ungkap EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn. Per November 2024, total kredit BCA secara bank only naik sebesar 15,5% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 876 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari rata-rata industri sebesar 10,8% YoY di periode yang sama. Hera menjelaskan, bahwa dalam melihat profitabilitas suatu bank, NIM hanya merupakan salah satu komponen indikator profitabilitas karena belum memperhitungkan pendapatan non bunga, biaya operasional perusahaan, dan biaya pencadangan kredit.
Sebagai informasi, NIM BCA pada periode kuartal III-2024 berada di level 5,8%. Angka ini alami peningkatan dari periode sama tahun sebelumnya yang berada di level 5,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati