KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak kenaikan harga batubara menekan kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP). Emiten semen ini terpaksa mencetak penurunan laba 48,04% menjadi Rp 182,55 miliar sepanjang kuartal pertama 2022. Padahal, Indocement membukukan kenaikan pendapatan sebesar 3,4% menjadi Rp 3,55 triliun sepanjang kuartal pertama 2022. Analis KB Valbury Sekuritas Budi Rustanto mengatakan, kenaikan harga energi dan dolar akan mengakibatkan tekanan pada margin. "Margin laba kotor turun dari 32% di kuartal pertama 2021 menjadi 27% di kuartal I 2022, terutama disebabkan oleh kenaikan harga batubara. Selanjutnya, margin laba operasi turun dari 10,6% di kuartal pertama tahun lalu menjadi 5,2% di kuartal pertama 2022," ucap Budi dalam riset.
Baca Juga: Kenaikan Biaya Energi Masih Membayangi Kinerja Industri Semen Dia menambahkan, lonjakan harga batubara masih akan menjadi yang tantangan utama INTP. Tantangan lainnya adalah penerapan pajak karbon tahap pertama untuk pembangkit listrik tenaga batubara tahun ini dan kebijakan pembebasan angkutan truk obesitas atau
over dimension over loading (ODOL) tahun 2023. Untuk meringankan beban, Indocement telah menaikkan harga sekaligus meningkatkan keunggulan operasional, mengurangi biaya tetap, mengelola kilns yang efisien, serta meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif dan batubara dengan CV rendah. "Sementara itu, pemerintah telah berkomitmen untuk memfasilitasi perusahaan dalam pengadaan batubara dengan harga DMO. Perusahaan juga terus menerapkan strategi
cost leadership yaitu penggunaan bahan bakar alternatif yang lebih tinggi yang ditargetkan mencapai 25% pada tahun 2025," tutur Budi.
Baca Juga: Ini Jadwal Pembagian Dividen Indocement (INTP) Dari sisi permintaan, pembangunan ibu kota baru menjadi salah satu katalis jangka panjang. Tapi, KB Valbury Sekuritas memperingatkan potensi kelebihan pasokan yang bisa mencapai 50 juta ton tahun ini dengan tingkat utilisasi 57,3%. Budi melihat, Indocement menjalankan sejumlah upaya untuk mengerek penjualan seperti memperkenalkan semen hidrolik, semen terak, dan
portland pozzoland cement (PCC) untuk menggantikan
ordinary portland cement (OPC) secara bertahap. INTP melanjutkan transformasi digital untuk penjualan dengan meluncurkan aplikasi seluler TiroMax, terlibat dalam platform komunitas Masterumah.id, dan mengoptimalkan rantai pasokan.
"Indocement telah mengakuisisi terminal di Samarinda dan menambah armada curah serta memperluas strategi keberlanjutan, saluran distribusi, proses otomatisasi, serta menjajaki kemungkinan merger dan akuisisi untuk sinergi," tutur Budi. Budi merekomendasikan beli saham INTP dengan target Rp 12.000 per saham. Jumat (3/6), harga saham INTP turun 0,51% ke Rp 9.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati