Margin tipis, bank tetap sokong proyek LRT



JAKARTA. Margin laba bersih atau net interest margin (NIM) sejumlah bank pelat merah tahun ini berpotensi turun. Hal itu dipicu pembiayaan proyek infrastruktur pemerintah yang berbunga kredit lebih rendah dari bunga pasar pada umumnya.

Contoh paling gres pada proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT). Sejumlah bank BUMN yang ikut membiayai proyek tersebut hanya memasang bunga kredit 7%. Padahal, suku bunga kredit korporasi bank BUMN saat ini rata-rata berada di kisaran 9,95,5%.

Sebagai gambaran, total kebutuhan dana proyek LRT mencapai Rp 23 triliun. Dalam Peraturan Presiden (Perpres) No.65/2016 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Ringan Terintegrasi di Jabodetabek, pendanaan awalnya ditanggung seluruhnya dari APBN. Namun karena keterbatasan APBN, pemerintah kini sedang merevisi Perpres tersebut.


Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bilang, kredit ke proyek LRT memang berpotensi menurunkan NIM. "Kami proyeksikan NIM secara umum perlahan memang akan bergerak turun. Kami tidak akan berusaha mempertahankan atau menaikkan NIM, tutur Haru kepada KONTAN, Rabu (29/3).

Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menimpali, meski bunga kredit infrastruktur pemerintah lebih rendah, namun hal itu sudah mempertimbangkan biaya dana (cost of fund) dan sumber pendanaan. Apalagi, Selain dari pendapatan bunga, dari sisi pendapatan kami juga mendapatkan fee based income. Hal tersebut bisa membantu, papar Herry.

Pada tahun ini, BNI memproyeksikan NIM akan berada di kisaran 5%-6%. Jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi NIM tahun 2016 yang sebesar 6,17%.

Perbanyak dana murah

Senior Vice President Corporate Banking II PT Bank Mandiri Tbk Dikdik Yustandi mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu keputusan dari pihak regulator dan debitur. Dia menegaskan Bank Mandiri belum menandatangani perjanjian kerjasama dengan kontraktor LRT, PT Adhi Karya Tbk.

Belum ada proses apa-apa, masih menunggu peraturan presiden (perpres). Mungkin setelah perpres muncul, baru bisa diputuskan, tandas Dikdik. Sampai saat ini, kontribusi kredit infrastruktur menyumbang 16% terhadap total kredit di Bank Mandiri.

Bank Mandiri telah memitigasi risiko kredit sektor infrastruktur. Kami lihat lalu lintas harian, misalnya kalau di wilayah Jawa itu relatif bagus, imbuh Dikdik. Meski demikian, seandainya toh ada penurunan NIM, namun bank masih bisa menggenjot pendapatan komisi (fee) lainnya.

Sedangkan BNI menyebutkan kredit infrastruktur menyumbang 13% total kredit. Untuk mengompensasi potensi penurunan NIM, BNI akan berupaya mendorong dana murah (CASA). Kalau memang CASA sudah mentok, ya mau tidak mau kami naikkan bunga, imbuh Herry.

Adapun Haru menyebut, BRI terus berupaya menjaga kualitas kredit dan meningkatkan efisiensi operasional.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, per Januari 2017 NIM perbankan berkisar 5,39%, turun 24 bps dari Januari 2016. Salah satu sebabnya berasal penurunan pertumbuhan pendapatan bunga bersih di awal 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia