Margin trading Panca Global susut



JAKARTA. Sekuritas makin sulit mengandalkan pendapatan margin trading. Lihat saja Panca Global Securities, sepanjang 2011 volume transaksi margin trading turun 45% menjadi Rp 35,5 miliar. Salah satu penyebab, nasabah enggan memanfaatkan fasilitas margin trading karena pengalaman krisis 2008.

Presiden Direktur Panca Global Securities, Hendra H Kustarjo menjelaskan, nasabah kini lebih suka memakai dana pribadi untuk trading. Meski nilainya kecil, tetap lebih aman jika cut loss. Beda jika memanfaatkan margin trading yang disediakan sekuritas. Jika merugi, nasabah masih harus membayar ke sekuritas.

Melihat pencapaian tahun lalu, Panca Global Securities tahun ini tidak banyak mengandalkan pendapatan dari margin trading. Bahkan diperkirakan pengguna fasilitas tersebut bakal sama dengan tahun lalu. Selain itu, persaingan antar sekuritas juga ketat. Belum lagi aturan soal rekening dana investor (RDI).


Meski begitu, Panca Global optimistis tahun ini bisa tumbuh 20% ketimbang laba tahun lalu Rp 20,1 miliar. Untuk mencapainya, manajemen akan mengandalkan online trading. Tahun ini mereka akan membeli sistem online trading setelah tahun lalu sistem yang dibangun sendiri gagal beroperasi. Sistem baru ini diharapkan mengerek fee transaksi efek.

Fee transaksi efek ditargetkan berkontribusi 70% terhadap total pendapatan Panca Global Securities. Nah sampai kuartal I-2011, pendapatan dari jasa perdagangan efek sebesar Rp 5,2 miliar, turun 7,2% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 5,6 miliar.

Alhasil pendapatan usaha menjadi Rp 7,8 miliar atau turun 6%. Imbasnya laba bersih triwulan pertama tahun ini baru Rp 4,4 miliar, naik tipis dibanding periode sama tahun lalu 4,3 miliar.

Selain itu, untuk mengerek pendapatan Panca Global juga akan mencari peluang dari lini penjaminan emisi. Menurut Hendra, sepanjang tahun ini bisa menggaet dua calon emiten yang berniat go public. Satu calon emiten dari sektor jasa properti sudah berhasil diperoleh dengan nilai penjaminan Rp 100 miliar.

Bahkan rencananya, IPO dilakukan pada akhir tahun. Sedangkan satu target lagi adalah perusahaan dari sektor jasa keuangan dengan target nilai penjaminan sebesar Rp 100 miliar. "Tapi masih proses," ujar Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: