KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 rupanya bukan menjadi periode yang baik bagi PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR). Lihat saja, kinerja emiten
consumer goods ini masih tertekan pada kuartal III-2021. Tercatat, pendapatan UNVR mengalami penurunan 7,48% secara
year on year (yoy) menjadi Rp 30,02 triliun hingga akhir September 2021. Sementara dari sisi
bottom line, laba bersihnya juga terkontraksi 19,25% menjadi Rp 4,37 triliun. Sedangkan dari sisi pergerakan harga sahamnya, rapor merah masih dialami UNVR di mana harga sahamnya sudah terkoreksi 39,67% dan berada di Rp 4.510 per saham.
Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi mengatakan, saat ini justru menjadi momentum yang tepat untuk mengoleksi saham UNVR. Pasalnya, secara valuasi, harganya tergolong menarik. Ia bilang, valuasi UNVR daat ini sekitar 25-28x PER, padahal secara
historical, UNVR diperdagangkan di 45x PER.
Baca Juga: BRIDanareksa Sekuritas beri rekomendasi hold untuk Unilever (UNVR), ini alasannya "Selain valuasinya yang menarik, UNVR merupakan emiten yang termasuk pemberi
yield dividen yang tinggi," kata Michael kepada Kontan.co.id, Senin (15/11). Diproyeksikan, ROE dan FCF UNVR akan tetap kuat dan memungkinkannya untuk mempertahankan pembayaran dividen yang tinggi sebesar 100% di tahun ini. Sementara dari sisi penjualan, Michael tak menampik tahun depan
outlook untuk UNVR masih akan menantang seiring persaingan yang masih akan ketat. Akan tetapi, menurutnya UNVR memiliki peluang untuk memperbaiki kinerja. Hal ini seiring dengan keputusan pihak UNVR yang mulai menaikkan harga beberapa produknya serta meluncurkan produk baru di segmen premium sebagai upaya untuk menjaga posisi
market share. Baca Juga: Profitabilitas dan margin menarik, Samuel Sekuritas rekomendasikan buy saham FILM "Dengan keputusan menaikkan harga ini, UNVR berpotensi mencatatkan margin yang lebih tinggi secara yoy pada tahun depan. Naiknya margin ini akan memperbaiki kinerja UNVR ke depan," imbuh Michael. Sementara analis Maybank Sekuritas Indonesia Willy Goutama dalam risetnya pada 26 Oktober memaparkan, peluncuran produk baru yang dilakukan dengan harga yang cenderung premium cenderung membuat para konsumen masih akan melakukan
downtrading pada kuartal IV-2021.
Editor: Tendi Mahadi